TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pemasok Daging Terbesar di Dunia Terkena Serangan Siber

Banyak rumah jagal JBS yang menghentikan penyembelihan

Ilustrasi Hacker (IDN Times/Mardya Shakti)

Washington, DC, IDN Times - Perusahaan pengolahan terbesar di dunia, JBS, mengalami serangan siber pada jaringan komputernya pada Minggu (30/5/2021). Karena serangan tersebut produksi daging di Amerika Utara dan Australia terganggu, tapi produksi daging milik perusaahan yang berasal dari Brazil ini tidak terganggu di Amerika Selatan. Perusahaan ini adalah pemasok daging ayam, sapi, dan babi terbesar di dunia.

Karena ransomware tersebut JBS pada hari Selasa (1/6/2021) telah menghubungi Gedung Putih. Serangan ransomware adalah serangan yang membuat peretas masuk ke jaringan komputer dan mengancam akan menyebabkan gangguan atau menghapus file kecuali uang tebusan dibayarkan.

1. Serangan dikaitkan dengan hacker dari Rusia

Ilustrasi Hacker (IDN Times/Mardya Shakti)

Melansir dari The Independent, terkait serangan itu juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan kepada wartawan bahwa “Gedung Putih telah menawarkan bantuan kepada JBS” dan perusahaan tersebut mengatakan kepada pemerintahan Biden bahwa mereka telah menerima permintaan tebusan dari organisasi kriminal yang “kemungkinan berbasis di Rusia”.

"Gedung Putih terlibat dengan pemerintah Rusia dalam masalah ini dan menyampaikan pesan bahwa negara-negara yang bertanggung jawab tidak menampung penjahat ransomware,” kata Jean-Pierre saat konferensi pers di Air Force One.

Perusahaan tersebut pada 31 Mei 2021, mengatakan serangan itu ditargetkan dalam "serangan keamanan siber terorganisir" yang berdampak pada sistem jaringan komputers di Amerika Utara dan Australia. JBS dalam sebuah pernyataan menyampaikan bahwa mereka mulai menyadari adanya serangan pada 30 Mei 2021 dan menangguhkan sistem yang terpengaruh, memberi tahu pihak berwenang, dan mengaktifkan staf TI dan "ahli pihak ketiga untuk menyelesaikan situasi".

"Server cadangan perusahaan tidak terpengaruh, dan secara aktif bekerja dengan perusahaan Incident Response untuk memulihkan sistemnya sesegera mungkin. Perusahaan tidak mengetahui bukti apa pun saat ini bahwa data pelanggan, pemasok, atau karyawan mana pun telah disusupi atau disalahgunakan sebagai akibat dari situasi tersebut. Penyelesaian insiden akan memakan waktu, yang dapat menunda transaksi tertentu dengan pelanggan dan pemasok."

Terkait serangan itu pihak berwenang Australia juga telah melakukan penyelidikan.

Baca Juga: 279 Juta Data Bocor, BSSN: Indikasi Terkuat Ulah Hacker!

2. Produksi daging AS turun

Ilustrasi rumah jagal. (Pixabay.com/BlackRiv)

Melansir dari Reuters, JBS saat ini telah mengalami gangguan produksi, bila penghentian terus berlanjut harga daging di AS akan menjadi lebih mahal selama musim memanggang di musim panas dan ekspor daging dapat terganggu pada saat permintaan kuat dari Tiongkok. Menurut Departemen Pertanian AS, USDA, saat ini harga untuk potongan daging sapi AS pilihan yang dikirim ke pembeli grosir melonjak dari 3,59 dolar AS (Rp51 ribu) menjadi 334,56 dolar AS (Rp4,7 juta) per seratus pon. Harga untuk pemotongan tertentu naik dari 5,55 dolar AS (Rp79 ribu) menjadi 306,45 dolar AS (Rp4,3 juta) per seratus pon.

Serangan ini di telah membuat JBS AS menyembelih 94 ribu sapi pada hari 2 Juni 2021, turun 22 persen dari minggu sebelumnya dan 18 persen dari tahun sebelumnya. Pemotongan daging babi juga turun 20 persen dari minggu lalu dan 7 persen dari tahun lalu.

Karena serangan tersebut telah mempengaruhi pasokan dan harga, USDA, Departemen Keamanan Dalam Negeri dan badan-badan lainnya memantau dengan cermat pasokan daging dan unggas. Badan-badan tersebut juga bekerja dengan pengolah pertanian untuk memastikan produk bergerak secara efisien dan tidak ada manipulasi harga yang terjadi sebagai akibat dari serangan siber.

Serangan siber membuat penyembelihan dibatalkan di pabrik daging sapi JBS di Greeley. JBS Beef di Cactus, Texas dan JBS di Grand Island, Nebraska, menyampaikan bahwa pemotongan tidak akan berjalan pada 1 Juni. Karena hal itu serikat pekerja mendesak JBS untuk memastikan pekerja menerima pembayaran yang dijamin secara kontraktual selama penutupan.

Melansir dari BBC, JBS Kanada di Alberta juga terpengaruh, dengan penyembelihan dibatalkan selama dua hari sejak serangan. JBS di Australia yang merupakan pengolah daging terbesar di Australia, dengan 47 fasilitas di beberapa negara bagian telah menghentikan operasi. Serangan ini tidak berdampak pada produksi di Amerika Selatan.

Baca Juga: Supermarket Kolombia Dituduh Beli Daging dari Peternak Ilegal

Verified Writer

Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya