TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Warga Australia Tolak Referendum untuk Dukung Masyarakat Pribumi

Referendum dinilai dapat memecah belah negara

Ilustrasi pemilu. (Unsplash.com/Element5 Digital)

Jakarta, IDN Times - Warga Australia, pada Sabtu (14/10/2023), menolak perubahan konstitusi yang akan mendukung masyarakat pribumi dalam referendum. Hasil pemungutan suara dengan hampir 70 persen suara telah dihitung menunjukkan, 60 persen pemilih menolak referendum tersebut, sementara yang mendukung 40 persen suara.

Proposal Referendum, yang disebut suara untuk parlemen, akan membentuk badan penasihat yang memberi saran kepada parlemen mengenai kebijakan yang berdampak pada masyarakat pribumi. Referendum itu merupakan usul perubahan konstitusi pertama sejak 1977.

Baca Juga: Fakta-fakta Menarik tentang Koala, Hewan yang Cuma Ada di Australia

1. Perdana menteri akan mencari cara untuk melakukan rekonsiliasi

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese. (Twitter.com/Anthony Albanese)

Perdana Menteri Anthony Albanese mengakui hasil pemungutan suara itu tidak sesuai harapannya. Tapi, dia mengatakan negaranya harus mencari cara baru untuk melakukan rekonsiliasi.

“Jalan negara kita menuju rekonsiliasi sering kali sulit. Malam ini bukanlah akhir dari perjalanan dan tentunya bukan akhir dari upaya kami untuk menyatukan masyarakat," kata Albanese, dikutip dari Reuters

Proposal Suara untuk Parlemen diusulkan dalam Uluru Statement from the Heart, sebuah dokumen 2017 yang dibuat oleh para pemimpin masyarakat adat sebagai upaya untuk menetapkan peta jalan rekonsiliasi yang lebih luas.

Para pendukung usulan ini percaya bahwa memasukkan suara pribumi ke dalam konstitusi akan menyatukan Australia dan membuka era baru.

“Saya sangat terpukul. Kita memerlukan Suara. Kita memerlukan perubahan struktural," kata Thomas Mayo, pemimpin masyarakat adat.

2. Referendum dianggap akan memecah belah Australia

Bendera Australia. (Pexels.com/Hugo Heimendinger)

Dilansir Associated Press, para penentang referendum mengatakan proposal itu akan memecah belah warga Australia berdasarkan ras. Mereka juga mengatakan ini bisa menjadi langkah pertama menuju tuntutan repatriasi dan kompensasi dari masyarakat pribumi.

Masryarakat pribumi berjumlah 3,8 persen dari populasi negara dan dianggap etnis minoritas yang paling dirugikan di Negeri Kanguru. Masyarakat pribumi rata-rata meninggal delapan tahun lebih muda dibandingkan populasi umum, memiliki tingkat bunuh diri dua kali lipat dari rata-rata nasional, dan menderita penyakit di pedalaman terpencil yang telah dibasmi dari negara-negara kaya lainnya.

Peter Dutton, pemimpin oposisi, menuduh Albanese sengaja menciptakan perpecahan rasial yang tidak perlu karena referendum yang gagal.

“Perdana Menteri telah diperingatkan selama 16 atau 17 bulan terakhir untuk tidak melanjutkan referendum yang memecah belah ini dan dia berhutang maaf kepada masyarakat Australia atas hal tersebut,” kata Dutton.

Baca Juga: 3 Tahun Ditahan di China, Jurnalis Australia ini Akhirnya Dipulangkan

Verified Writer

Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya