Warga Tunisia Protes Kekerasan Polisi di Area Kelas Pekerja
Kebrutalan polisi telah membuat warga marah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tunis, IDN Times - Warga di Tunis kembali terlibat bentrokan dengan polisi pada hari Sabtu (12/6/2021), waktu setempat, dalam unjuk rasa yang menentang kekekerasan polisi. Polisi diprotes setelah aksinya dalam bertugas yang melakukan kekerasan terhadap warga di wilayah kelas pekerja Sidi Hassine, yang berada di pinggiran kota Tunis.
1. Kematian seorang pemuda memicu unjuk rasa
Dilansir Euro News, bentrokan yang pecah pada hari Sabtu antara pasukan keamanan Tunisia dan ratusan pengunjuk rasa muda yang turun ke jalan-jalan di pusat Tunis untuk memprotes lonjakan kebrutalan polisi di lingkungan kelas pekerja Tunisia.
Dalam aksi unjuk rasa yang rusuh tersebut demonstran di Tunis melemparkan tongkat, kursi, dan botol air ke pasukan keamanan, yang dibalas Petugas dengan menembakkan gas air mata dan secara kasar menahan beberapa orang.
Liga Tunisia untuk Pertahanan Hak Asasi Manusia (LTDH) menyampaikan bahwa bentrokan pada hari Sabtu mengikuti bentrokan tiga hari berturut-turut, yang merupakan respon warga terhadap kematian seorang pemuda "dalam keadaan mencurigakan" di daerah kelas pekerja Sidi Hassine. Pemuda tersebut tewas pada hari Selasa (8/6/2021) setelah ditangkap oleh polisi karena dicurigai mengedarkan narkoba.
Dalam sebuah pernyataan, LTDH mengecam kekerasan yang dialami warga selama bentrokan dengan polisi yang dianggap sebagai tindakan untuk membungkam suara protes. Kelompok itu menyalahkan Perdana Menteri Hichem Mechichi, yang juga merupakan menteri dalam negeri sementara Tunisia.
Baca Juga: Aksi Mogok Makan, Mantan Capres Tunisia Dilarikan ke RS
Editor’s picks
Dilansir TRT World, sebelum bentrokan pada hari Sabtu meletus beberapa lusin aktivis sayap kiri dan penduduk di wilayah kelas pekerja Sidi Hassine berdemonstrasi di depan kementerian dalam negeri untuk memprotes kematian pemuda tersebut, yang dianggap keluarganya sebagai akibat kekerasa polisi yang telah memukulinya sampai mati.
Pihak berwenang telah membuka penyelidikan, tetapi kementerian dalam negeri pada 10 Juni telah membantah bahwa dia meninggal karena perlakuan buruk petugas setelah menangkapnya.
Dilansir Al Jazeera, dalam demonstrasi hari Sabtu para pengunjuk rasa mengingatkan keluhan masa lalu setelah kematian seorang pendukung Club Africain berusia 19 tahun bernama Omar Laabidi pada 2018. Unjuk rasa itu diikuti ibu dari tiga pemuda yang meninggal selama tiga tahun terakhir setelah ditangkap. Mereka menyampaikan bahwa aksi mereka ini untuk mendapatkan keadilan bagi anak-anak mereka. Ibu Laabidi mengatakan dia masih menunggu hak putranya dihormati.
Baca Juga: Ribuan Pemuda di Tunisia Ditangkap Usai Lakukan Aksi Protes
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.