TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kenapa Afrika Alami Krisis Situs UNESCO?

Antara 'ketidakseimbangan' UNESCO atau minimnya dana

Gereja St. George, situs UNESCO terunik di Lalibela, Ethiopia, yang jatuh ke tangan pemberontak Tigray awal Agustus ini (unsplash.com/mulugeta wolde)

Jakarta, IDN Times - UNESCO adalah organisasi di bawah naungan PBB yang bergerak dalam bidang warisan situs bersejarah baik benda atau tak benda di dunia. Kita semua tahu bahwa di Indonesia sudah terdapat banyak tempat atau wisata indah yang diakui UNESCO, antara lain Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Taman Nasional Komodo.

Telah menjadi fakta pula bahwa Eropa merupakan lokasi situs UNESCO terbanyak di dunia, yaitu hampir lima puluh persen! Di sisi lain, ternyata terdapat satu kawasan yang masih jarang "dijamah". Benua Afrika sampai hari ini merupakan rumah untuk hanya kurang dari sembilan persen situs UNESCO. Maka dari itu, organisasi internasional tersebut masih dianggap belum "seimbang" sehingga sering dipertanyakan integritasnya.

1. 'Keeksklusifan' UNESCO yang kontroversial

Pulau Gorée, salah satu situs UNESCO Afrika pertama dari Senegal (unsplash.com/E. Diop)

UNESCO pernah mengadakan konvensi pada tahun 1972 di Paris yang membahas tentang perlindungan situs atau cagar budaya dan alam di seluruh dunia. Dilansir DW, seorang arkeolog dari Kenya yang bernama George Abungu bahkan secara terang-terangan menyatakan bahwa konvensi tersebut diadakan oleh "orang-orang berkulit putih". Oleh sebab itu, muncul persepsi bahwa UNESCO sangat "berbau" Eropa karena organisasi tersebut diurus dan didominasi oleh orang-orang Eropa 

Selain tuduhan "Eurosentris" terhadap UNESCO, Abungu melanjutkan bahwa terdapat sebuah tantangan tersendiri yang tentunya tidak mudah. Untuk memperoleh pengakuan dan nama di UNESCO, setiap negara di Afrika harus berjuang keras untuk meyakinkan kepada orang-orang barat bahwa Afrika memiliki warisan budaya yang sangat kaya dan beragam sehingga pantas diakui dan dihargai.

Seorang akademisi dari Institut Antropologi Sosial Max Planck yang setuju dengan argumen Abungu, Christoph Brumann, menambahkan bahwa para elit Eropa juga diduga memiliki pengaruh atau ikut campur dalam urusan UNESCO. Terlebih lagi, tempat-tempat yang berpotensi dan menarik, yang tentunya dalam perspektif barat, lebih diutamakan oleh UNESCO, antara lain katedral dan istana.   

Baca Juga: Afrika Barat Terancam Ebola, Marburg dan COVID-19 Sekaligus

2. Afrika memiliki keterbatasan dana dan pengalaman dalam bidang ini

Gereja St. George, situs UNESCO terunik di Lalibela, Ethiopia, yang jatuh ke tangan pemberontak Tigray awal Agustus ini (unsplash.com/mulugeta wolde)

Kritikan akan "perlakuan" UNESCO terhadap Afrika sebenarnya telah berlangsung cukup lama. Akan tetapi, terdapat sebuah alasan internal yang juga menghambat warisan budaya atau alam Afrika untuk lebih diakui di dunia. Para pemerintah di sana masih jarang mau menominasikannya ke UNESCO karena betapa kompleksnya penulisan ratusan hingga ribuan halaman dokumen untuk proses nominasi. Brumann juga mengatakan bahwa negara-negara yang sudah terbiasa, paham akan segala prosedur yang ditetapkan, dan memiliki banyak dana, tentu tidak mengalami kesulitan dalam application tersebut.

Sekalipun suatu negara di Afrika sukses memiliki sebuah situs yang diakui sebagai warisan UNESCO, terdapat salah satu ancaman yang terkadang masih tidak dapat terhindarkan, yaitu peperangan. Sampai hari ini, Afrika dilanda oleh banyak sekali peperangan di berbagai negara yang menyebabkan krisis. Dilansir BBC, salah satu warisan UNESCO di Ethiopia, yaitu Gereja St. George yang berlokasi di Kota Lalibela, dikuasai oleh pemberontak Tigray yang anti-pemerintah pada awal Agustus tahun ini.  

Baca Juga: Semuanya Takluk dengan Eropa, Ini 5 Kerajaan Makmur di Afrika Tengah

Verified Writer

Juan A. Soedjatmiko

Mohon maaf apabila terdapat kesalahan informasi atau kata dalam artikel

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya