TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

3 Fakta Terkini Intervensi AS di Irak setelah Akhiri Misi Tempur

Misi selesai setelah 18 tahun berjalan

Anak-anak Irak bermain di jalan selama pemadaman listrik di Baghdad, Irak, Sabtu (3/7/2021). Gambar diambil pada (3/7/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Saba Kareem.

Jakarta, IDN Times - Invasi militer Amerika Serikat ke Irak yang dimulai pada 2003 menjadi kemunduran terpahit bagi Irak hingga saat ini. Invasi terhadap Irak atas dugaan kepemilikan senjata pemusnah massal itu membuat Baghdad hancur lebur. Tak hanya perang, sanksi ekonomi dari negara Barat pun menyelimuti Irak hingga membuatnya lumpuh total. 

Dikutip dari Reuters, pemerintah AS di bawah kepemimpinan Joe Biden dan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi, akhirnya sepakat untuk mengakhiri misi tempur akhir tahun ini. Setelah 18 tahun invasi berlangsung, keputusan ini disambut baik oleh Irak.

Dengan berakhirnya misi tempur militer AS, Baghdad dapat dengan leluasa menjamin keamanan nasionalnya sendiri. Meskipun begitu, Washington masih belum berencana menarik pasukannya dari Irak dalam skala besar di waktu dekat ini.

Berikut adalah fakta-fakta terkini intervensi Paman Sam di Irak yang sudah hampir berlangsung hingga dua dekade. 

Baca Juga: Irak Buka Kuburan Massal Korban Pembantain ISIS

1. Terdapat sekitar 2.500 prajurit AS di Irak

Pasukan Irak yang sedang berlatih dengan Pasukan Amerika Serikat di Kamp Militer Taji. twitter.com/IraqiSpoxMOD

Keterlibatan AS di Irak membuatnya harus mengerahkan ribuan prajurit untuk menjaga perdamaian di negara yang terpecah belah tersebut. Walaupun tentara AS sudah tidak lagi bertempur melawan Irak, namun musuh baru seperti ISIS muncul dan hampir menaklukkan Irak pada 2014 lalu.

Dengan diakhirinya misi tempur di Irak secara bertahap, sisa prajurit AS yang berjumlah sekitar 2.500 personel akan difokuskan untuk mendukung operasi antiteror. Mereka juga akan melatih militer Irak sebelum Washington memutuskan untuk benar-benar meninggalkan negeri itu, seperti yang dilansir New York Times.

Pentagon sudah berencana untuk mengurangi jumlah prajurit AS di Irak, namun belum ingin sepenuhnya menarik mundur seluruh prajuritnya seperti yang mereka lakukan di Afganistan. Sampai saat ini, keberadaan prajurit AS sebagian besar berada di zona hijau di Kota Baghdad atau di pangkalan militer AS yang terletak di berbagai penjuru Irak. 

Baca Juga: Akhiri Misi Tempur di Irak, PM Kadhimi Temui Presiden Biden

2. Pangkalan Militer AS terus menjadi target serangan roket Milisi Iran

Tentara Amerika Serikat terlihat di lokasi dimana misil Iran mengenai pangkalan udara Ain al-Asad di provinsi Anbar, Irak, pada 13 Januari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/John Davison

Gesekan kepentingan antara Iran dan AS di Timur Tengah membuat keduanya sering mengalami konfrontasi serius, terutama di wilayah Irak. Permasalahan menjadi serius ketika AS memutuskan untuk membunuh Jenderal Qasem Soleimani, di Irak pada awal 2020. Mobil yang ditumpangi salah satu jenderal Iran paling berpengaruh itu dihancurkan oleh serangan rudal yang diluncurkan pesawat nirawak tempur AS.

Serangan itu kemudian membuat euforia balas dendam menyelimuti Iran dan seluruh lapisan milisinya yang tersebar di Timur Tengah, khususnya Irak. Mereka mulai menyatakan perang terbuka melawan AS meskipun Tehran tidak secara resmi berperang dengan Washington.

Dilaporkan New York Times, milisi Iran maupun milisi Irak pro-Iran mulai menggempur berbagai pangkalan militer AS di Irak dengan roket hingga rudal jarak menengah sejak pertengahan 2020 hingga hari ini. Sebelumnya serangan balasan dipelopori oleh rudal-rudal dari Iran ke Pangkalan Udara Ayn al-Asad yang dikuasai AS di Irak. Walaupun rudal itu tidak berhasil membunuh satu pun prajurit AS, tetapi efek kehancuran terhadap markas tersebut cukup signifikan. 

Kondisi ini juga dinilai mempersulit pemerintah Irak yang khawatir wilayah mereka menjadi arena pertempuran antara AS dan Iran. Irak sendiri juga terlihat semakin mengandalkan milisi Iran untuk membantu menjaga keamanan mereka, hal yang dinilai AS bisa membahayakan.  

Baca Juga: Biden: Pasukan AS akan Tinggalkan Irak Akhir 2021

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya