TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fakta-Fakta Gagalnya Brasil Tangani COVID-19, Gelombang 3 Membayangi

Pemerintahan Bolsonaro disorot usai 400 ribu orang meninggal

Ilustrasi Bendera Brasil (ANTARA FOTO/REUTERS/Adriano Machado)

Brasilia, IDN Times - Para ahli kesehatan di Brasil mengungkapan kekhawatiran mereka mengenai kesiapan pemerintah Brasil dalam menghadapi ancaman gelombang ketiga dari penyebaran COVID-19. Runtuhnya sistem kesehatan pascagelombang pertama dan kedua yang sangat tidak terkendali, menyebabkan sekitar 470 ribu warga Brasil menjadi korban.

Dikutip dari CNBC, parlemen Brasil sedang menyelidiki tragedi yang dipercaya seharusnya dapat dihindari tersebut. Parlemen akan mencari tahu apa dan siapa yang bersalah, khususnya dalam pemerintahan Presiden Jair Bolsonaro. 

Meskipun catatan jumlah kematian karena COVID-19 di Brasil saat ini sudah cenderung menurun, yaitu 1.600 orang per hari, namun tidak ada jaminan Brasil akan terhindar dari gelombang ketiga. Sebelumnya pada April 2021, Kementerian Kesehatan Brasil mencatat setidaknya 3.000 pasien COVID-19 meninggal dunia per hari.

Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa alasan utama dan implikasi kegagalan penanggulangan COVID-19 di bawah komando Presiden Bolsonaro. 

Baca Juga: Gagal Tangani Pandemik COVID-19, Brasil Malah Salahkan Tiongkok

1. Program vaksinasi berjalan lambat

Ilustrasi vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/Jojon)

Menurut laporan AFP, dari 212 juta penduduk Brasil baru sekitar 10,5 persen atau sekitar 22 juta orang yang sudah divaksinasi. Angka tersebut tergolong sangat kecil untuk negara dengan populasi yang cukup besar. Program vaksinasi di Brasil sendiri dinilai sangat lambat.

Kebijakan pemerintah yang tidak mempercepat proses vaksin dalam skala besar. Kebijakan vaksin massal diuji coba oleh Brasil di Kota Serrana. Tercatat 95 persen dari 45 ribu penduduk kota itu berhasil divaksinasi.

Berdasarkan data yang didapatkan, pemerintah Brasil sukses menurunkan angka kematian akibat COVID-19 tersebut sebesar 95 persen begitu pula kasus tingkat perawatan pasien COVID-19 di rumah sakit turun sebesar 86 persen. Walaupun tergolong sukses, masih belum dapat dipastikan apakah Presiden Bolsonaro mau menerapkan strategi yang sama di kota maupun daerah lainnya. 

Baca Juga: Varian COVID Baru Lebih Ganas, Brasil Minta Perempuan Tunda Kehamilan 

2. Program pembatasan sosial di Brasil tidak dilaksanakan secara nasional

Pemakaman massal warga Brasil yang meninggal akibat COVID-19 (ANTARA FOTO/REUTERS/Ricardo Moraes)

Banyak warga Brasil yang menganggap pandemik COVID-19 tidak benar-benar ada. Hal itu dibuktikan dengan bebasnya mereka beraktivitas sehari-hari tanpa mematuhi aturan protokol pembatasan di tempat publik ataupun tempat kerja guna mengantisipasi penyebaran COVID-19, seperti yang dilansir dari AFP.

Banyak ahli berpendapat bahwa masyarakat Brasil mengakui negara mereka sedang mengalami krisis besar akibat COVID-19. Tetapi mereka lebih memilih untuk melanjutkan hidup normal tanpa mempertimbangkan efek berbahaya apabila pembatasan tidak diterapkan.

Brasil dinilai harus melaksanakan pembatasan besar-besaran dalam skala nasional dan sekaligus melaksanakan vaksinasi massal guna mengendalikan penyebaran COVID-19 di masyarakatnya yang masih tinggi kasusnya. 

Baca Juga: [UPDATE] Terparah, Kasus Kematian COVID Brasil Bertambah 1.338 Sehari

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya