Negara-Negara yang Pernah Bercokol di Afghanistan, Bikin Perang Besar
Pendudukan itu mudah didapatkan, namun sulit dipertahankan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Afghanistan dijuluki sebagai "Graveyard of Empire" bukan tanpa alasan. Negara ini menjadi saksi sejarah bagaimana kekaisaran-kekaisaran kuno hingga negara modern mencoba untuk menaklukkan wilayah mereka.
Tidak semua upaya penaklukan itu gagal, misalnya Kekaisaran Makedonia di bawah Alexander yang Agung dan Kekaisaran Mongol yang berhasil menguasai mereka. Akan tetapi, memasuki abad ke-19 eksistensi Afghanistan sebagai wilayah yang tidak mudah ditaklukkan naik ke permukaan.
Dipenuhi pegunungan hingga kekayaan alam mineral yang besar, Afghanistan memiliki potensi menjadi negara kuat dan kokoh di Asia Tengah. Namun, konflik dan perang yang berlarut-larut membuat negara ini menjadi terpecah belah hingga sulit untuk berdamai demi masa depan yang lebih baik.
Berikut adalah tiga perang besar yang mengguncang Afghanistan hingga hari ini.
Baca Juga: Daftar Serangan Udara Fenomenal AS Menggempur Taliban
1. Invasi Inggris (1839, 1878, dan 1919)
Kerajaan Inggris menjadi satu-satunya negara modern yang pernah menginvasi Afghanistan sebanyak tiga kali. Alasan utama Inggris menyerang dan menduduki Afghanistan adalah untuk mengantisipasi ekspansi Kekaisaran Rusia ke wilayah India--yang saat itu sedang berada di bawah pengaruh Inggris.
Dikutip dari Brittanica.com, kekhawatiran Inggris terhadap Rusia membuatnya menginvasi Afghanistan untuk pertama kali pada 1839. Saat itu, Inggris berusaha menumbangkan Emirat Islam Afghanistan yang dinilai tidak mendukung kepentingan Inggris.
Militer Inggris dengan kekuatan yang jauh lebih superior dengan cepat menguasai sebagian besar wilayah Afghanistan. Namun, Inggris mulai sangat kewalahan ketika harus mempertahankan daerah-daerah yang sudah mereka kuasai dari pemberontakan masyarakat Afghanistan.
Karena Inggris terlalu meremehkan Afganistan dan tidak siap untuk perang, Kerajaan Inggris memutuskan untuk menarik mundur pasukannya dari Afghanistan pada 1842. Kemenangan Emirat Islam Afghanistan melawan Inggris pada itu menjadi pembuktian pertama negara itu sulit diduduki.
Tidak berselang lama, Inggris yang telah belajar dari kesalahannya dan ingin balas dendam, kembali menginvasi Afghanistan pada 1878. Kedatangan Inggris kali ini sudah dengan persiapan khusus dan hanya bertujuan untuk memastikan bahwa Emirat Islam Afghanistan harus mengakui hegemoni Inggris di Asia Tengah dan India.
Berbeda dari sebelumnya, Inggris yang hanya membutuhkan loyalitas Emirat Islam Afghanistan, akhirnya memutuskan untuk menarik pulang pasukannya di 1880, setelah mendapat kepastian dari Emir Sher Ali Khan. Meskipun Inggris tercatat sebagai pemenang, ketidaksanggupan Inggris untuk benar-benar menduduki Afghanistan mulai menciptakan kondisi khusus di negara tersebut.
Sebagai negara yang terus berada di pengaruh Inggris pascakemenangan Inggris itu, Emirat Islam Afganistan akhirnya memutuskan untuk menyerang daerah koloni Inggris di India. Mereka pun akhirnya mendeklarasikan penuh kemerdekaannya dari pengaruh Inggris pada 1919.
Dengan ekonomi yang sedang dalam masa pemulihan setelah selesainya Perang Dunia I dan keterbatasan prajurit sebagai akibat demobilisasi, Inggris memilih untuk melepaskan dan mengakui kedaulatan Negara Emirat Islam Afghanistan.
Baca Juga: Taliban: Militer Asing Harus Cabut atau Kami Lawan sebagai Penjajah
Baca Juga: AS Angkat Kaki dari Afghanistan, Akankah Al-Qaeda Bangkit?