TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Lari dari Taliban, Kisah Warga Afghanistan yang Berlindung di Pakistan

Harus menyuap Rp12 juta supaya bisa melewati perbatasan

Warga tiba dari Afghanistan di pos perlintasan Friendship Gate di kota perbatasan Pakistan-Afghanistan, Chaman, Pakistan, Minggu (15/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Saeed Ali Achakzai.

Jakarta, IDN Times - Pakistan sedang mempersiapkan diri menampung kurang lebih 700 ribu pengungsi Afghanistan pasca Taliban mengambil alih kekuasaan. Tumpahnya arus pengungsi Afghanistan menjadi permasalahan serius bagi Pakistan, karena negara ini sudah menampung sangat banyak pengungsi dari seluruh penjuru dunia. 

Dikutip dari The New York Times, baik pegawai sipil dan kelompok minoritas yang sebelumnya menetap di Afghanistan, lebih memilih hengkang karena ancaman keamanan serius dari Taliban. Meskipun begitu, tidak mudah bagi mereka untuk meninggalkan negeri, terutama ketika Taliban sudah menguasai negara tersebut.

Berikut adalah kisah seorang polisi dan etnis minoritas asal Afghanistan yang berlindung di Pakistan. 

Baca Juga: AS Puji-Puji Taliban Karena Kawal Evakuasi Secara Profesional

1. Memutuskan untuk pergi setelah kepala polisi dieksekusi Taliban

Tentara Taliban terlihat di salah satu alun-alun utama kota di Kabul, Afghanistan, Rabu (1/9/2021). ANTARA FOTO/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS.

Sebagai seorang polisi Afghanistan, sudah menjadi tugas Mohammad untuk mengejar dan menangkap pejuang Taliban. Tetapi, semua berubah ketika Taliban membalikkan keadaan. 

Kepala Polisi Provinsi Laghman menjadi salah satu korban eksekusi Taliban, pasca sepak terjang mereka ke seluruh penjuru Afghanistan, seperti diberitakan The Straits Times. Kematian komandannya membuat Mohammad memilih untuk meninggalkan Afghanistan bersama keluarga sebelum Taliban menemukannya.  

"Kami meninggalkan Afghanistan secara khusus untuk melindungi hidup kami," ujar Mohammad.

Proses pelarian itu pun tidak semudah yang dipikirkan, karena Mohammad bertemu dengan pejuang Taliban yang berusaha melarikan diri. 

"Di jalan raya, pejuang Taliban sempat memberhentikan dan menggeledah setiap pelancong," ucap mantan polisi dari Provinsi Laghman tersebut.

"Namun, beruntungnya, mereka tidak mengenal saya, mungkin karena saya merupakan polisi dengan pangkat yang rendah,"  tambahnya.

Sesampainya di pos perbatasan Afghanistan-Pakistan di Spin Boldak, Mohammad menjelaskan ia harus menyuap Prajurit Pakistan sebesar 900 dollar AS (sekitar Rp12,7 juta) agar diizinkan masuk. 

Baca Juga: Kisah Warga Afghanistan yang Gaji dan Masa Depannya Direnggut Taliban

2. Kelompok minoritas masih menjadi target kekerasan di Afghanistan

Anggota kelompok minoritas Hazara. (Twitter.com/AdityaRajKaul)

Perseteruan antar etnis di Afghanistan merupakan masalah serius yang harus dihadapi negara tersebut. Hal itulah yang membuat Sher Ali berlindung di Pakistan, karena takut ia dan keluarganya dieksekusi Taliban karena keturunan Hazara, bukan etnis Pashtun yang mendominasi Taliban, 

Ali bersama ibu dan adik perempuannya lari ke Pakistan untuk berlindung dari ancaman pembantaian etnis yang menurutnya masih marak terjadi. 

"Kami tidak akan kembali ke Afganistan sekarang, karena kami adalah target baik oleh Taliban dan ISIS-K, di mana keduanya mencap kami sebagai orang kafir," ujar Sher Ali.

Sama seperti Mohammad dalam cerita sebelumnya, Ali beserta keluarga berhasil masuk ke Pakistan melalui Spin Boldak. Tetapi, Ali tidak perlu menyuap karena ia dan keluarganya dapat masuk ke Pakistan atas dasar masalah kemanusiaan. 

Baca Juga: China Janji Beri Rp441 Miliar dan 3 Juta Vaksin COVID kepada Taliban

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya