Rezim Assad dan Turki Dinilai Memperparah Penyebaran Kolera di Suriah
Wabah kolera di Suriah telah tewaskan 81 orang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times- Human Rights Watch (HRW) menuduh pemerintah Damaskus dan Turki memperparah wabah kolera di Suriah. Turki disebut gagal memastikan aliran air yang memadai ke Sungai Efrat dari stasiun air strategis Alouk yang dikontrolnya.
Akibatnya, penduduk di wilayah timur laut Suriah yang dikuasai kelompok Kurdi tidak mendapat pasokan air yang cukup. Krisis air ini memperburuk penyebaran virus Kolera di daerah itu, dilansir dari Al Arabiya, Rabu (9/11/2022).
Kolera umumnya diakibatkan oleh makanan atau air yang sudah terkontaminasi, yang menyebar di daerah pemukiman yang tidak memiliki jaringan pembuangan air limbah atau air minum utama.
Baca Juga: Mengenang Ghafur Akbar Dharmaputra: Pahlawan Indonesia di Ukraina
1. Turki jadikan air sebagai senjata untuk menekan kelompok Kurdi
Otoritas Kurdi menuduh Ankara sengaja memanfaatkan kontrolnya terhadap aliran air dari hulu sungai sebagai senjata untuk menekan mereka. Tuduhan ini kemudian dibantah oleh pemerintah Turki.
Di Suriah, sungai Efrat sebagian besar mengalir di sepanjang wilayah yang dikendalikan oleh otoritas semi-otonom Kurdi. Kelompok yang didukung oleh Amerika Serikat ini telah berperan dalam mengusir ISIS dari Suriah pada 2019.
Hubungan militan Kurdi dan pemerintah Turki memang dikenal telah lama buruk. Turki menganggap kelompok ini sebagai teroris.
Baca Juga: Imbas Krisis Air, PBB Peringatkan Ancaman Wabah Kolera di Suriah
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.