TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Setelah Amerika dan Eropa, Kini COVID-19 Bergeser ke Asia Selatan

Sejumlah rumah sakit kewalahan menangani kasus COVID-19

Salat jenazah untuk seorang pasien COVID-19 di New Delhi, India, pada 4 Juni 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi

Jakarta, IDN Times - Kasus pandemik COVID-19 di wilayah Asia Selatan makin meningkat cepat. Sempat terhindar dari pandemik tersebut, kini sistem perawatan kesehatan di India, Pakistan, dan Afghanistan tengah berjuang merawat ratusan ribu pasien sakit.

Dilansir dari laman Council on Foreign Relations, kasus di Asia Selatan diketahui meningkat di bulan Juni. Kendati begitu, sebagian besar negara Asia Selatan memilih tetap membuka kembali perekonomian mereka. Berapa kenaikan angka kasus COVID-19 di kawasan Asia Selatan kini?

Baca Juga: Pandemi Virus Corona, Angka Kematian Indonesia Tertinggi di ASEAN

1. India jadi negara keempat tertinggi di dunia yang memiliki kasus positif COVID-19

Murid Central Model School berada di kelas saat India melonggarkan aturan lockdown untuk memperlambat penyebaran virus corona di Barrackpore, pinggiran kota Kolkata, India, pada 8 Juni 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Rupak De Chowdhuri

Laman World O Meter per (20/6) mencatat India menduduki peringkat keempat di dunia yang memiliki kasus terbanyak COVID-19 dengan kasus mencapai 400.566. Total kasus baru mencapai 4.754. 

India memiliki catatan kematian akibat COVID-19 dengan total 13.030 kasus dengan 60 kasus kematian baru. Sedangkan kasus sembuh di negara ini hanya mencapai 216.676 kasus.

India menjadi satu-satunya negara di Benua Asia yang tercatat sebagai lima besar negara dengan catatan kasus COVID-19 terbanyak di dunia.

2. Kasus COVID-19 di Pakistan terus bertambah

Para perempuan dan anak-anak berbelanja dari sebuah kios di sebuah pasar, setelah Pakistan melonggarkan "lockdown" saat penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) terus berlanjut, di Karachi, Pakistan, Senin (11/5/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Akhtar Soomro

Council on Foreign Relations mencatat kasus positif COVID-19 di Pakistan meningkat hampir dua kali lipat sejak awal Juni dan menembus angka lebih dari 160.000 kasus. Semula, Pemerintah Pakistan menerapkan lockdown secara nasional untuk mencegah terjadi penularan COVID-19 selama masa libur Idulfitri. Namun, justru terjadi pelanggaran prosedur yang berujung pada peningkatan kasus COVID-19. 

Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan mengkritik kebijakan Pemerintah Pakistan yang terburu-buru dalam membuka perekonomian mereka. Akibatnya, Pakistan masuk menjadi satu dari 10 negara di dunia yang memiliki kenaikan kasus baru COVID-19 paling banyak. 

Pemerintah Pakistan tidak berdiam diri. Mereka menerapkan strategi pengujian, pelacakan dan karantina ketimbang membuka pembatasan pergerakan. Selain itu, mereka juga memberlakukan pembatasan pergerakan di 20 hot spot kasus COVID-19 di negara itu. 

Pemerintah beralasan mulai membuka perekonomian karena warga dilanda dilema besar yakni membiarkan warganya mati kelaparan dalam kondisi lockdown atau membiarkan virus tetap berkeliaran. 

Baca Juga: Juru Wabah UI: RI Belum Masuki Puncak Gelombang Pertama COVID-19

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya