TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

10 Orang Tewas dalam Ledakan Ranjau di Burkina Faso

Kebanyakan korban perempuan dan anak-anak

ilustrasi (Pixabay.com/dealgunamanera)

Jakarta, IDN Times - Ledakan ranjau yang ditanam di pinggir jalan kembali terjadi di Burkina Faso pada Minggu (25/12/2022) sore. Otoritas berwenang pada Senin mengatakan 10 orang tewas dalam insiden tersebut.

Sebuah kendaraan penumpang minibus, melakukan perjalanan dan menabrak ranjau yang ditanam oleh kelompok militan yang diduga berafiliasi dengan al-Qaida dan ISIS. Selain para korban tewas, ada juga korban luka yang dilarikan ke rumah sakit.

Baca Juga: Mantan Pemberontak Komunis Nepal Diangkat Menjadi Perdana Menteri 

1. Ada laporan penumpang hilang dalam insiden

Ilustrasi Detonator Bom (IDN Times/Mardya Shakti)

Burkina Faso dilanda kekerasan oleh kelompok jaringan militan al-Qaida. Setidaknya, lebih dari enam tahun kelompok militan itu telah mengacau dan menewaskan ribuan orang dengan hampir dua juta orang mengungsi.

Pada Minggu sore, dilansir Associated Press, ranjau yang ditanam di pinggir jalan oleh terduga kelompok militan, mengenai minibus di bagian timur negara itu. Hubert Yameogo, pejabat gubernur setempat, mengatakan insiden terjadi tepatnya di dekat desa Bougui.

Dia mengatakan 10 orang tewas dan pemerintah berusaha memulihkan keamanan di daerah tersebut, berusaha menemukan penumpang yang hilang. Mereka yang terluka dilarikan ke rumah sakit Fada N'Gourma, kota utama di bagian timur Burkina Faso.

2. Jumlah korban tewas bisa bertambah

Insiden ranjau darat yang menghantam minibus itu terjadi di dekat perbatasan Niger pada hari Natal. Dilansir BBC, gubernur Fada N'Gourma mengatakan ada kemungkinan jumlah korban tewas bisa bertambah karena laporan penumpang yang masih hilang tersebut.

Burkina Faso, Niger, dan Mali telah menjadi negara yang dikacaukan keamanannya oleh kelompok militan jaringan al-Qaida. Mereka melakukan pemberontakan sejak 2013.

Militer Burkina Faso merebut kekuasaan dan melakukan kudeta pada Januari lalu, menjanjikan akan memberantas kelompok militan. Meski begitu, sampai saat ini serangan kekerasan masih terus terjadi.

Prancis pernah turun tangan untuk membantu mengatasi ancaman militan. Tapi karena konflik diplomatik dengan Mali, tentara dari mantan negara kolonial itu mundur pada bulan Agustus lalu setelah bertahun-tahun ikut berjuang di wilayah tersebut.

Baca Juga: Perempuan Dilarang Kerja, 4 LSM di Afghanistan Berhenti Beroperasi

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya