394 Migran Diselamatkan di Lepas Pantai Tunisia
Operasi penyelamatan dilakukan selama lima jam
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tunis, IDN Times - Laut Mediterania adalah salah satu jalur utama orang-orang mencari suaka atau mereka yang ingin memperbaiki hidup untuk memasuki Eropa. Seringkali, menyeberangi Mediterania menuju Eropa dilakukan dengan cara ilegal atau dibawa oleh jejaring kriminal trafficking.
Banyak para migran berangkat dari Tunisia atau Libya, dengan asumsi jarak laut yang harus diseberangi jauh lebih dekat dari pada tempat lainnya. Namun, para migran tersebut sering menggunakan perahu kayu yang usang atau perahu karet yang penuh dijejali dengan penumpang, sehingga sangat mudah terjadi kecelakaan.
Begitu juga yang terjadi pada Minggu malam (1/8). Ratusan migran dari beberapa negara yang ingin memasuki Eropa, bertolak dari Tunisia. Kapal kayu yang mereka tumpangi penuh sesak sedangkan mesinnya mati ketika ditengah lautan.
Kapal tim penyelamat migran, Sea Watch-3 dan Ocean Viking berhasil mengetahui keberadaan kapal tersebut ketika sedang patroli dan akhirnya berhasil menyelamatkan mereka.
1. Operasi penyelamatan lima jam
Konflik dan kemiskinan yang melanda wilayah Afrika dan Timur Tengah telah memicu puluhan ribu orang melarikan diri dari negaranya. Mereka mengadu nasib, melakukan perjalanan jauh dan nekat untuk memasuki Eropa bahkan dengan cara ilegal.
Selama beberapa pekan terakhir, cuaca di Mediterania buruk tapi ketika cuaca membaik, perahu-perahu yang membawa migran ilegal tersebut mulai berlayar untuk menyeberang.
Pada Minggu malam (1/8), kapal penyelamat milik Sea-Watch International, sebuah organisasi penyelamat migran di laut yang didirikan oleh para sukarelawan berpatroli di dekat lepas pantai Tunisia. Mereka mendapati perahu yang penuh sesak dijejali penumpang migran dengan mesin yang mati.
Akhirnya, Sea-Watch-3, kapal yang penyelamat tersebut berusaha menyelematkan para migran. Melansir kantor berita Reuters, bersama kapal Ocean Viking, tim penyelamat berhasil menarik 394 penumpang dalam operasi penyelamatan tersebut.
Perahu dengan ratusan migran ilegal itu berada di 68 km dari pantai Afrika Utara, terapung dengan tidak jelas di dekat fasilitas minyak dengan kondisi mesin yang mati.
Dalam unggahan media sosialnya, Sea-Watch menjelaskan bahwa operasi penyelamatan berlangsung selama lima jam. Hingga kini belum diketahui apakah ada korban jiwa dalam operasi tersebut.
Baca Juga: Presiden Tunisia Janji Tidak akan Jadi Diktator
Sebagian besar penumpang yang penuh sesak di perahu dengan mesin yang mati itu adalah laki-laki. Menurut Middle East Monitor, mereka setidaknya berasal dari empat negara yakni Maroko, Bangladesh, Mesir dan Suriah.
Keberangkatan perahu migran itu yang ingin menyeberang ke Eropa terjadi karena dalam beberapa hari terakhir, cuaca di Laut Mediterania membaik setelah beberapa waktu cuaca buruk.
Kapal Sea-Watch 3 yang memimpin kompando operasi, membawa setidaknya 141 orang yang selamat. Sementara itu, kapal Ocean Viking membawa sisanya, termasuk sebuah kapal bernama Nadir yang dioperasikan oleh LSM Jerman, ResQ, yang memberikan dukungan. Beberapa orang migran melompat ke dalam air laut dan berenang menuju kapal penyelamat.
Dalam catatan organisasi yang berafiliasi dengan pengungsi PBB, tahun 2021 ini, sebanyak 1.100 migran telah tewas ketika mereka berusaha menyeberangi Laut Mediterania menuju Eropa.
Baca Juga: Batasi Kegiatan, Presiden Tunisia Berlakukan Jam Malam
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.