TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Fakta Kelompok Tentara Bayaran Rusia, Penuh Rahasia!

Grup Wagner Rusia beroperasi di 30 negara di dunia

ilustrasi (Pexels.com/Jakson Martins)

Jakarta, IDN Times - Namanya Grup Wagner. Ini merupakan perusahaan keamanan swasta dari Rusia yang menyediakan tentara bayaran dalam jumlah besar. Selama bertahun-tahun, Grup Wagner disebut telah diturunkan di beberapa medan perang, termasuk saat ini di Ukraina.

Berulang kali media Barat menyebut tentara Grup Wagner terlibat dalam perang berdarah di Suriah. Mereka juga dituduh telah melakukan beberapa kekejaman yang mengarah pada kejahatan perang.

Kelompok tentara bayaran rahasia ini juga diturunkan ke beberapa negara Afrika dan Timur Tengah sebagai tangan panjang militer Rusia. Awalnya, pihak Moskow selalu menyangkal keberadaan Grup Wagner.

Tapi akhir-akhir ini, Grup Wagner semakin terlihat terbuka ketika dikerahkan di Ukraina dan mereka sangat dibutuhkan oleh Rusia untuk membantu militernya. Bahkan, mereka menerbitkan iklan perekrutan secara publik.

Baca Juga: Kasus Pertama! Seorang Tentara Bayaran Rusia di Mali Tewas Dibom

Baca Juga: HRW: 300 Laki-laki di Mali Dibunuh Aparat dan Tentara Bayaran Rusia

1. Didirikan oleh mantan pemimpin pasukan khusus Rusia

Sebagai sebuah perusahaan keamanan swasta, Grup Wagner tidak terdaftar secara hukum, baik di Rusia atau di negara mana pun. Perusahaan penyedia tentara bayaran itu disebut didirikan pada 2014, setelah didahului oleh kelompok Slavonic Group yang diturunkan di perang Suriah.

Menurut Center for Strategic & International Studies, Grup Wagner didirikan oleh Dmitry Utkin, seorang mantan anggota intelijen Rusia yang pernah memimpin unit Spetsnaz, pasukan khusus Moskow.

Utkin mendirikan nama perusahaan sesuai dengan panggilan lamanya, Vagner. Tapi ini tidak dapat diverifikasi apakah Utkin benar-benar pendiri Grup Wagner atau hanya sebagai pion yang melakukan pekerjaan untuk orang lain.

Menurut NPR, pendiri Grup Wagner adalah veteran Rusia dari perang Chechnya yang mengagumi Adolf Hitler. Dia menamai kelompok itu berdasarkan Richard Wagner, komposer favorit pemimpin Nazi tersebut.

Baca Juga: 16 Negara Barat Kecam Penempatan Tentara Bayaran Rusia di Mali

2. Terlibat dalam Perang Rusia-Ukraina 2014

bangunan hancur di salah satu kota di Ukraina (Twitter.com/Defence of Ukraine)

Sebelum Perang Rusia-Ukraina tahun ini, pada 2014, dua negara itu pernah terlibat pertempuran saat Kiev dilanda kekacauan politik. Rusia melakukan pencaplokan Semenanjung Krimea, wilayah paling selatan Ukraina.

Grup Wagner pertama kali terlihat dan disorot dalam periode tersebut. Tracey German, profesor ahli konflik dan keamanan dari King's College London mengatakan hal itu.

"Tentara bayarannya dianggap sebagai 'pria hijau kecil' yang menduduki wilayah itu. Sekitar 1.000 tentara bayarannya kemudian mendukung milisi pro-Rusia yang berjuang untuk menguasai wilayah Luhansk dan Donetsk," kata German dikutip dari BBC.

Grup Wagner itu kemudian terus disebut sebagai pendukung utama kelompok pemberontak Donbass yang ingin berpisah dari Ukraina. Keberadaan Grup Wagner inilah yang dijadikan sebagai dasar tuduhan bahwa Rusia dianggap mendukung kelompok pemberontak Ukraina.

3. Membantu tentara Suriah hadapi ISIS

ilustrasi (Unsplash.com/Mahmoud Sulaiman)

Musim Semi Arab yang melanda, turut menggoyahkan posisi Presiden Suriah Bashar al-Assad. Kelompok prodemokrasi yang ingin menggulingkan Assad itu, kemudian terlibat konflik dengan tentara.

Di sisi lain, kebangkitan kelompok Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL) alias ISIS juga semakin meluas dan menggerogoti wilayah Suriah yang sedang kacau. Grup Wagner diturunkan untuk membantu pasukan Suriah menghadapi ISIS.

"Komando tinggi (Rusia) menjual ini sebagai perang luar negeri yang tidak berdarah tetapi dengan cepat menerima kenyataan bahwa konsep ini tidak berfungsi di Suriah. Kekuatan udara dan artileri adalah satu hal tetapi kemenangan dicapai dengan merebut wilayah, dan tentara Suriah sama sekali bukan tandingan ISIL," kata Marat Gabidullin dilansir Al Jazeera.

Gabidullin bekerja di Grup Wagner dari 2015 hingga 2019. Dia juga menjelaskan tidak ada alasan idealis untuk bergabung dengan perusahaan militer swasta itu selain karena uang.

4. Terlibat dalam konflik di beberapa negara Afrika

ilustrasi milisi (Unsplash.com/Randy Fath)

Kepak sayap Grup Wagner kemudian tidak hanya berhenti di situ. Kelompok ini juga terlibat dalam konflik di benua lain, yakni Afrika. Mereka disebut ada di Republik Afrika Tengah dan Mali.

Melansir ABC News, Erica Gaston, penasihat kebijakan senior di Pusat Penelitian Kebijakan Universitas Perserikatan Bangsa-Bangsa, menjelaskan tentang keberadaan tentara bayaran Wagner di dua negara Afrika itu. Menurutnya, Grup Wagner telah beroperasi di sekitar 30 negara yang berbeda.

Mereka memainkan peran-peran penting dalam konflik untuk membantu salah satu pihak. "Sebagian besar (Grup Wagner) memperluas kegiatan konflik bayangan Rusia di Suriah, Libya dan banyak bagian Afrika Barat," kata Gaston.

5. Dituduh terlibat dalam pelanggaran kemanusiaan

Rekam jejak prestasi Grup Wagner disebut sangat sadis. Mereka juga dituduh terlibat dalam pelanggaran kemanusiaan yang mengarah pada kejahatan perang di Libya, Suriah dan negara lain.

"Di antara pelanggaran tersebut adalah laporan eksekusi massal, penahanan sewenang-wenang, penyiksaan selama interogasi, penghilangan paksa, pemindahan paksa penduduk sipil, penargetan fasilitas sipil tanpa pandang bulu, pelanggaran hak atas kesehatan dan meningkatnya serangan terhadap aktor kemanusiaan," kata sekelompok pakar PBB dilansir ABC News.

Pada 2020, Pentagon mengatakan memiliki bukti bahwa tentara bayaran Grup Wagner telah menanam ranjau darat dan bahan peledak lainnya di Libya. Pada Maret 2022, Human Rights Watch mengatakan bahwa tentara bayaran Wagner terlibat pembantaian massal sekitar 300 warga sipil di Mali, tepatnya di dekat kota Moura.

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya