TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Aturan COVID-19 Diperketat saat Natal, Warga Italia Marah 

Infeksi dan penerimaan pasien mulai menurun 

Warga Italia marah karena aturan pengetatan diterapkan oleh pemerintah ketika Natal dan Tahun Baru. Ilustrasi (unsplash.com/Danila Hamsterman)

Roma, IDN Times – Gelombang kedua virus corona yang menghantam Eropa telah membuat negara-negara besar di benua tersebut kacau-balau. Laju infeksi virus corona di beberapa negara modern di benua tersebut, telah memaksa pemerintahnya melakukan penguncian nasional untuk yang kedua kalinya, seperti Prancis dan Inggris.

Di Italia, pemerintah setempat mencoba melakukan penguncian secara parsial untuk menahan laju inveksi virus corona. Akan tetapi, penurunan infeksi memang terjadi namun tidak signifikan. Kini pemerintah Italia kembali melakukan pengetatan pembatasan untuk mengekang persebaran infeksi virus corona.

Langkah yang dibuat oleh pemerintah Italia menimbulkan reaksi negatif dari warganya. Italia telah memiliki tradisi Natal yang berlangsung lama, dan pengetatan aturan seperti warga tidak boleh melakukan perjalanan selama Natal telah memicu kemarahan. Italia menjadi negara di Eropa yang membuat aturan pengetatan paling keras ketika mendekati perayaan Natal tahun ini.

1. Warga Italia menggambarkan pengetatan aturan itu sebagai “tamparan di wajah”

Natal adalah tradisi mengakar di Italia dan pembatasan pada masa itu telah memicu kemarahan warga. Ilustrasi (unsplash.com/Eugene Zhyvchik)

Italia adalah salah satu negara di Eropa yang memiliki tingkat kematian terbanyak akibat infeksi virus corona. Melansir dari data yang berhasil dikumpulkan oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC), angka kematian akibat infeksi virus corona di Italia mencapai 58.852 orang yang meninggal dunia. Jumlah kematian tersebut menempatkan Italia pada urutan kedua di Eropa. Urutan pertama “diraih” oleh negara Inggris yang mencatatkan kematian akibat virus corona sebanyak 60.617 orang.

Lonjakan jumlah kematian di Italia mencapai rekor, ketika mencatat ada 993 orang yang meninggal dalam satu hari. Melansir dari laman The Guardian, ketika Italia mencatatkan rekor kematian harian tertinggi tersebut, sebuah aturan yang mengatur pengetatan dan pembatasan warga untuk tidak melakukan perjalanan pada Natal, ditanda tangani pada tangga 3 Desember 2020 (4/12).

Pejabat kesehatan di negara tersebut mengatakan bahwa pembatasan dan pengetatan aturan itu sangat penting dilakukan untuk mencegah bencana wabah semakin membesar. Namun, warga masyarakat Italia memberikan respon negatif dan menganggap bahwa pembatasan dan pengetatan yang baru ditanda tangani tersebut adalah sebuah “tamparan di wajah”.

“Mendengarkan konferensi pers Conte, tidak ada kata solidaritas terhadap ribuan orang yang tidak dapat bekerja saat ini atau yang telah kehilangan pekerjaan. Dan sebagai warga negara, larangan perjalanan Natal merupakan tamparan bagi keluarga dan perasaan mereka", kata Valentina Santanicchio, seorang chef di wilayah Capitano del Popolo.

Baca Juga: Jerman dan Italia Desak Uni Eropa Tutup Wisata Ski di Eropa

2. Penjelasan aturan pembatasan dan pengetatan untuk mengekang sebaran infeksi virus

PM Italia, Gueseppe Conte, mengatakan Natal tahun ini akan berbeda. (instagram.com/gueseppeconte_ufficiale)

Pembatasan dan pengetatan yang dilakukan oleh Italia adalah rasa kekhawatiran yang tinggi jika libur Natal dan Tahun Baru dilaksanakan, maka negara tersebut akan menerima hantaman yang lebih keras. Lonjakan infeksi kemungkinan akan terjadi sehingga cara tersebut harus dilaksanakan, ketika laju infeksi virus di tiap regional sudah mulai menurun meski secara tertatih-tatih.

Melalui konferensi pers, Perdana Menteri Italia, Gueseppe Conte, mengumumkan pembatasan baru yang telah ditanda tangani tersebut. Melansir dari kantor berita Reuters, dalam pembatasan itu terdapat aturan yakni pada tanggal 21 Desember hingga 6 Januari 2021, pergerakan di 20 wilayah Italia hanya boleh dilakukan untuk keperluan medis, pekerjaan, dan keadaan darurat (3/12).

Conte juga memberikan himbauan agar warga masyarakat Italia tidak mengundang tamu ke rumahnya selama Natal. “Ini akan menjadi Natal yang berbeda” katanya dalam konferensi pers tersebut. Rekor kematian harian akibat virus corona di Italia tercatat pada 27 Maret dengan jumlah 919 orang meninggal dan rekor itu tumbang setelah Italia mencatatkan kematian pada angka 993 dalam sehari pada 3 Desember.

Aturan pengetatan itu akan dilakukan bersamaan dengan perpanjangan jam malam yang mulai diterapkan dari mulai jam 10 malam hingga jam 5 pagi dan pada Tahun Baru diperpanjang hingga jam 7 pagi. Resort ski juga ditutup hingga 7 Januari, sementara yang tiba dari luar negeri antara 21 Desember hingga 6 Januari, harus melakukan karantina mandiri selama 14 hari.

Baca Juga: Anak-anak Sekolah Italia Protes Penutupan Sekolah Selama COVID-19 

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya