TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bahas Ketegangan Ukraina, AS-Rusia Bertemu di Jenewa

Tidak ada kemajuan dalam pertemuan itu

Ketua delegasi Wendy Sherman dari AS dan Sergei Ryabkov dari Rusia (Twitter.com/Wendy R. Sherman)

Jakarta, IDN Times - Pekan ini adalah pekan yang penting dalam memutuskan untuk mengurai masalah ketegangan di Ukraina. Amerika Serikat (AS) dan Rusia akan melakukan pertemuan tiga tahap untuk membahas ketegangan itu.

Pada 10 Januari 2022, AS dan Rusia melakukan pertemuan pada tahap pertama di Jenewa. Tapi dalam pertemuan itu, tidak ada kemajuan yang berarti dalam upaya diplomasi.

Delegasi Rusia yang menuntut NATO tidak menerima Ukraina jadi anggota, ditolak oleh delegasi AS. Meski begitu, AS disebut akan melakukan negosiasi tambahan dengan Rusia.

Pertemuan tahap kedua dan tahap ketiga akan melibatkan Rusia dengan NATO dan Rusia dengan Organization for Security and Co-operation in Europe (OSCE).

1. Tidak ada kemajuan dalam diplomasi AS-Rusia di Jenewa

Rusia yang menumpuk sekitar 100.000 pasukan di dekat perbatasan timur Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran dapat memicu perang besar. AS sebagai mitra Ukraina, mengancam akan menjatuhkan sanksi berat ke Rusia jika melakukan invasi ke Ukraina.

Rusia membantah memiliki rencana invasi. Rusia hanya ingin mendapatkan jaminan keamanan jangka panjang berdasarkan hukum, atas ancaman keamanan yang ditimbulkan AS dan sekutu NATO.

Proposal jaminan keamanan yang dibuat Moskow telah diberikan kepada AS pada pertengahan Desember 2021. Pekan ini, proposal itu akan dibahas dalam tiga tahap pertemuan. Pada hari Senin (10/1/22), delegasi AS bertemu dengan delegasi Rusia di Jenewa dalam pertemuan tahap pertama.

Dilansir Al Jazeera, diplomasi itu mulai dilakukan sesaat sebelum pukul 08:00 waktu setempat. Pembicaraan dua perwakilan negara berlangsung selama hampir delapan jam. Tapi dalam waktu tersebut, tidak ada kemajuan berarti untuk bersepakat.

Ketua delegasi Rusia adalah Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov dan AS dipimpin oleh Wakil Menteri Luar Negeri Wendy Sherman.

Ryabkov mengatakan "sayangnya kami memiliki perbedaan besar dalam pendekatan prinsip kami untuk ini. AS dan Rusia dalam beberapa hal memiliki pandangan yang berlawanan tentang apa yang perlu dilakukan."

Dalam pertemuan tersebut, tidak ada pihak yang mengatakan bahwa itu adalah pertemuan yang berakhir kegagalan. Tapi juga tidak ada pihak yang menawarkan pilihan meredakan kebuntuan yang mengkhawatirkan atas penumpukan pasukan Rusia, yang dilihat Barat sebagai ancaman mendasar keamanan Eropa.

Baca Juga: Sekjen NATO: Belum Saatnya Pasukan NATO Tinggalkan Afghanistan

Salah satu tuntutan utama Rusia kepada AS dalam proposal jaminan keamanan adalah bahwa NATO tidak menerima Ukraina sebagai anggota. Ini termasuk beberapa negara pecahan Soviet lain yakni Georgia.

Bagi Moskow, Ukraina atau Georgia adalah garis merah yang tidak seharusnya dilewati AS. Tapi Presiden Biden menolak klaim garis merah tersebut.

Kekhawatiran Rusia jika Ukraina menjadi anggota NATO adalah aliansi atlantik utara dapat menempatkan rudal canggih di Ukraina, yang itu secara langsung mengancam keamanan Moskow.

Dilansir Associated Press, Wendy Sherman, ketua delegasi AS dalam pertemuan di Jenewa mengatakan kepada Rusia bahwa "kami tidak akan membiarkan siapa pun membanting kebijakan pintu terbuka NATO, yang selalu menjadi pusat aliansi NATO."

Menurutnya AS tidak bisa membuat keputusan tentang Ukraina tanpa Ukraina, tentang Eropa tanpa Eropa atau tentang NATO tanpa NATO. Meski AS sebagai ketua NATO, tapi keputusan yang dilakukan harus dibuat bersama anggota lain.

Sherman menyebut pembicaraan itu sebagai "diskusi yang jujur ​​​​dan terus terang" tetapi tidak akan, atau tidak bisa, menunjukkan kemajuan apa pun.

2. AS tak bisa memberi keputusan tentang penerimaan anggota baru NATO

Wendy Sherman, Wakil Menteri Luar Negeri AS (Twitter.com/Wendy R. Sherman)

3. Rusia tidak bisa mundur dari tiga tuntutan dalam proposal yang diajukan

Latihan militer Rusia (Twitter.com/ Russian Arms Control Delegation in Vienna)

Ada tiga tuntutan utama yang diajukan Kremlin dalam proposal jaminan keamanan yang diserahkan kepada AS pada Desember tahun lalu.

Tiga tuntutan itu adalah, NATO tidak melakukan ekspansi ke Eropa timur, termasuk Ukraina dan Georgia, NATO tidak menempatkan rudal canggih di negara yang berbatasan langsung dengan Rusia dan NATO tidak memobilisasi pasukan dalam operasi khusus di negara-negara yang baru masuk aliansi atlantik utara.

Dilansir Tass, Sergei Ryabkov menyampaikan "dalam skala prioritas kami, tiga bidang yang telah saya sebutkan mewakili tuntutan yang tidak dapat kami hindari."

"Saya yakin bahwa keseimbangan kepentingan umum yang sesuai dengan semua pihak, keseimbangan kepentingan antara Rusia, di satu sisi, dan kelompok NATO, di sisi lain, dapat ditemukan bahkan dalam disposisi seperti itu," ujar Ryabkov.

Baca Juga: Dicap Sebagai Agen Intelijen Kremlin, NATO Usir 8 Perwakilan Rusia

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya