TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bentrok akibat Krisis Ekonomi, Sri Lanka Umumkan Status Darurat Publik

Bentrokan terjadi saat protes menyebar ke banyak kota

ilustrasi demonstrasi (Unsplash.com/ Chris Slupski)

Jakarta, IDN Times - Krisis ekonomi di Sri Lanka telah memicu orang-orang melakukan protes. Kekerasan terjadi di ibu kota Colombo dan puluhan orang ditangkap. Dengan situasi yang terus memburuk, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa pada Jumat (1/4/22) malam, mengumumkan status darurat publik untuk negaranya.

Sri Lanka telah mengalami krisis ekonomi dan semakin parah ketika dihantam oleh badai COVID-19. Negara itu telah melakukan kebijakan pemadaman listrik karena kurangnya bahan bakar. Beberapa bahan penting lain juga mulai menghilang dari pasaran.

Masyarakat melakukan protes sejak Kamis (31/3/22). Protes berujung kekerasan yang melibatkan bentrokan dengan pasukan keamanan, di mana mereka berusaha membubarkan massa dengan gas air mata dan meriam air. Puluhan petugas dikabarkan terluka dan puluhan peserta protes ditangkap.

Baca Juga: Menlu China Kunjungi Sri Lanka yang Berpotensi Gagal Bayar Utang

Baca Juga: Ekonomi Anjlok, Sri Lanka Berharap Dipinjami Uang oleh IMF

1. Protes sporadis yang berujung aksi kekerasan

Krisis ekonomi yang melanda Sri Lanka saat ini adalah krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Orang-orang melakukan protes karena menilai pemerintah telah gagal menyelesaikan masalah tersebut.

Tuntuntan agar Presiden Rajapaksa mundur dari jabatan juga terdengar. Dalam protes pada Kamis di sekitar kediaman presiden, orang-orang membawa lampu minyak dan membawa plakat bertuliskan "Saatnya Rajapaksa mundur."

Dikutip dari Al Jazeera, protes secara sporadis kemudian menyebar di beberapa kota di Sri Lanka selatan, tengah dan utara. Di Provinsi Barat, polisi bahkan memberlakukan jam malam yang berarti melarang perjalanan malam hari. Ibu kota Kolombo tercakup dalam aturan tersebut.

Massa yang berkumpul di dekat kediamaan presiden, sempat terlibat bentrokan dengan petugas keamanan. Protes lalu berubah menjadi aksi kekerasan. Dua bus militer dibakar, satu jip polisi hancur dan sebuah sepeda motor patroli serta satu kendaraan roda tiga tak luput dari amuk masa. Petugas keamanan dilempari dengan batu bata. Sebanyak 53 demonstran pun ditangkap, termasuk lima fotografer media.

Baca Juga: Sri Lanka Barter Minyak dari Iran Senilai Rp3,5 Triliun dengan Teh

2. Status darurat nasional diumumkan demi kepentingan publik

Di tengah ancaman kekacauan karena ketidakpuasan publik yang melancarkan protesnya, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa mengumumkan darurat publik nasional pada Jumat malam. Dia mengatakan keputusan itu diambil demi kepentingan publik, perlindungan ketertiban umum, dan untuk memastikan pemeliharaan pasokan dan layanan penting bagi kehidupan masyarakat, kutip Reuters.

Sejauh ini, belum ada informasi yang merinci ada berapa banyak korban luka dalam aksi bentrokan massa demonstran dengan petugas keamanan. Tapi seorang pejabat mengatakan setidaknya dua lusin polisi terluka. Dia tidak menjelaskan berapa banyak pihak pengunjuk rasa yang terluka.

Protes itu semakin menimbulkan kekhawatiran akan bahaya prospek ekonomi Sri Lanka yang telah suram. Menteri Pariwisata Prasanna Ranatunge mengatakan masalah utama yang dihadapi Sri Lanka adalah kekurangan valas, "dan protes seperti ini akan merugikan pariwisata dan memiliki konsekuensi ekonomi."

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya