Ethiopia Kembali Memanas, Eks Menlu Diserang Militer
Konflik etnis masih terus terjadi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Addis Ababa, IDN Times – Konflik antara pemerintah federal Ethiopia dengan pemerintah regonal Tigray belum sepenuhnya padam. Hal itu sudah diperkirakan mengingat penaklukkan ibukota Mekelle, tidak serta merta membuat pasukan Tigrayan People’s Liberation Front (TPLF) menyerah.
Militer federal Ethiopia menaklukkan ibukota Mekelle di wilayah Tigray pada tanggal 28 November 2020 yang lalu.
Namun dalam penaklukan tersebut, para pemimpin TPLF masih sempat mundur. Mereka juga berjanji akan terus melakukan gerilya dan menunjukkan perlawanannya.
Operasi untuk terus memburu para anggota dan pendiri serta pemimpin TPLF terus dilakukan oleh pasukan Perdana Menteri Abiy Ahmed. Dalam operasi pengejaran terbaru, militer Ethiopia menewaskan mantan Menteri Luar Negeri yang pernah menjabat pada 1991 hingga 2010.
1. Upaya memburu pasukan TPLF
Hampir satu bulan lamanya, militer Ethiopia melakukan operasi militer untuk menumpas gerakan TPLF pada November.
Sejak saat dimulainya operasi militer tersebut, banyak para analis internasional yang memperkirakan bahwa konflik akan berlangsung lama. Selain itu, mereka juga memperkirakan bahwa TPLF bukanlah pasukan yang mudah ditaklukkan.
Alasannya, etnis Tigrayan sudah lama menguasai Ethiopia. Banyak sekali para pejabat yang telah menduduki posisi-posisi strategis. Selain itu, TPLF juga memiliki pengalaman militer panjang dan punya banyak jendral yang berprestasi.
Namun, ketika konflik akhirnya pecah antara militer federal Ethiopia melawan TPLF, serangan terus menerus yang dilancarkan pasukan federal membuat pasukan TPLF terus mundur dan terpojok.
Hingga akhirnya pada 28 November, ibukota Mekelle yang jadi pusat TPLF berhasil ditaklukkan.
Konflik itu, telah membuat ribuan orang menjadi korban dan puluhan ribu lainnya mengalami nasib memprihatinkan.
Hampir 50.000 orang meninggalkan wilayah Tigray dan melarikan diri melewati perbatasan untuk mengungsi ke Sudan. Dua juta orang, menurut PBB, membutuhkan bantuan pangan dan obat-obatan.
Sisa-sisa para pejuang dan pemimpin TPLF melarikan diri ke daerah pegunungan terpencil untuk terus melanjutkan perlawanan. Melansir dari laman France24 upaya untuk memburu pasukan TPLF terus dilakukan oleh Abiy Ahmed.
Pada 18 Desember 2020, Abiy menawarkan hadiah sebanyak 10 juta birr Ethiopia atau sekitar 250.000 USD atau setara dengan Rp. 3,5 miliar untuk orang-orang yang mampu memberikan informasi mengenai keberadaan para pemimpin TPLF.
Baca Juga: Diduga Konflik Etnis, Ratusan Orang Dibunuh di Ethiopia
Baca Juga: Adanya Propaganda Berlebihan di Konflik Tigray di Ethiopia
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.