TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fakta-Fakta Konferensi Berlin 1884: Kesepakatan untuk Menjajah Afrika

90 persen Afrika dijajah oleh negara-negara Eropa

ilustrasi Afrika (Unsplash.com/Yasmine Arfaoui)

Jakarta, IDN Times - Antara tahun 1984 sampai dengan 1985, di Jerman dilangsungkan sebuah acara yang melibatkan negara-negara Eropa dan Amerika. Dalam acara yang kemudian disebut Konferensi Berlin tersebut, salah satu masalah utama yang dibahas adalah kolonisasi wilayah Afrika.

Negara-negara Barat itu berusaha mendiskusikan pembagian Afrika, menetapkan seperangkat aturan untuk membagi sumber daya alam secara damai di antara mereka sendiri, tapi dengan mengorbankan rakyat Afrika.

Dampak dari Konferensi Berlin sangat signifikan. Awalnya, kekuatan Eropa yang menjajah Afrika hanya sekitar 20 persen, tapi usai konferensi tersebut, penjajahan di Benua Hitam mencapai 90 persen dalam waktu singkat.

Dampaknya adalah kerugian besar bagi Afrika, baik itu dari sumber daya alam atau manusia. Berikut ini adalah fakta-fakta Konferensi Berlin yang menghancurkan Afrika.

1. Konferensi dilakukan atas permintaan Portugal

ilustrasi Konferensi Berlin 1884 (Wikipedia.org/Adalbert von Rößler)

Konferensi Berlin terjadi ketika Kekaisaran Jerman atau German Reich baru dibentuk. Jerman saat itu dipimpin oleh Kanselir Otto von Bismarck dan menjadi tuan rumah.

Dalam catatan The Latin Library, konferensi tersebut dilakukan atas permintaan Portugal dan kemudian berlangsung di Wilhemstrasse, Berlin. Pada 15 November 1884 di hari Sabtu sore, konferensi internasional dibuka oleh kanselir.

Portugal yang telah menjajah Angola dan mengklaim sebuah pulau di Mozambik, Afrika Timur, mengklaim kepemilikan atas Kongo. Tapi klaim dari ambisi kolonial itu memicu perselisihan tentang kepemilikannya dengan Inggris, Prancis, dan Jerman.

Karena itu, menurut Country Studies, Portugal mengusulkan konferensi internasional untuk menyelesaikan sengketa klaim Kongo. Dari konferensi tersebut, Kongo diserahkan kepada Belgia yang selanjutnya dieksploitasi besar-besaran.

Di sisi lain, Raja Leopold II dari Belgia sebelumnya juga mengklaim atas Kongo. Dalam catatan Khan Academy, klaim itu dilakukan karena raja yang hanya memiliki negara kecil itu iri dengan sepupunya Ratu Victoria Inggris, yang memiliki banyak wilayah jajahan.

Leopold akhirnya mengklaim wilayah besar di Afrika Tengah, dan menyebutnya "Negara Bebas Kongo." Ia menyatakan akan mengizinkan perdagangan bebas dan juga menghapus perbudakan di sana.

2. Ada 14 negara yang terlibat dalam Konferensi Berlin

Otto von Bismarck, Kanselir Jerman (Wikipedia.org/Evert Duykinck)

Negara-negara Barat yang terlibat dalam Konferensi Berlin semuanya terdiri dari perwakilan 14 negara. Tapi mereka tidak hanya berasal dari Eropa, melainkan juga Amerika dan Asia.

Dari 14 negara tersebut, mereka adalah Monarki Austria-Hungaria, Belgia, Denmark, Prancis, Inggris, Italia, Belanda, Portugal, Rusia, Spanyol, Swedia-Norwegia, Turki Ustmani dan Amerika Serikat (AS).

Konferensi untuk membagi Afrika itu tidak memberi kesempatan satu pun perwakilan dari benua tersebut untuk hadir atau diundang. Dalam praktiknya, menurut PBS Learning Media, Prancis, Jerman, Inggris, dan Portugal adalah pemain utama.

Baca Juga: Fakta-Fakta Perang Dunia Nol: Pasukan Jepang Menghancurkan Rusia

3. Delapan poin penting dari Konferensi Berlin

salah satu pemandangan kekayaan Afrika (Unsplash.com/Lina Loos)

Melalui Konferensi Berlin, para Duta Besar negara yang hadir melakukan berbagai pembicaraan untuk membagi atau memperebutkan Afrika secara damai di antara mereka sendiri.

Mereka bertemu dengan duduk di belakang meja berbentuk tapal kuda, kutip Al Jazeera. Ruangan pertemuan itu menghadap sebuah taman indah dengan dindingnya yang berhias sebuah peta besar Afrika.

Ada delapan poin utama dari Konferensi Berlin yang disepakati sebagai Undang-Undang Umum, menurut Lumen Learning. Delapan poin tersebut yakni:

  1. Konferensi memutuskan untuk mengakhiri perbudakan oleh kekuatan Afrika dan kekuatan Islam. Dengan demikian, larangan internasional perdagangan budak di seluruh wilayah mereka yang dihormati ditandatangani oleh anggota Eropa.
  2. Negara Bebas Kongo dikukuhkan sebagai milik pribadi Masyarakat Kongo, yang mendukung janji Leopold untuk menjaga negara itu tetap terbuka bagi semua investasi Eropa. Wilayah Republik Demokratik Kongo saat ini, sekitar dua juta kilometer persegi, telah dikonfirmasi oleh kekuatan Eropa sebagai milik Leopold II. Kemudian diorganisir sebagai koloni Belgia di bawah administrasi negara.
  3. Ke-14 negara penandatangan akan memiliki perdagangan bebas di seluruh Lembah Kongo serta Danau Malawi, dan di sebelah timurnya di wilayah selatan 5° LU.
  4. Sungai Niger dan Kongo dibebaskan untuk lalu lintas kapal.
  5. Prinsip (Pendudukan) Efektivitas diperkenalkan untuk mencegah kekuasaan mendirikan koloni hanya dalam nama.
  6. Setiap tindakan baru untuk menguasai bagian mana pun dari pantai Afrika harus diberitahukan oleh penguasa yang mengambil alih atau kepada kekuasaan penandatangan lainnya di suatu protektorat.
  7. Daerah didefinisikan di mana setiap kekuatan Eropa memiliki hak eksklusif untuk 'mengejar' kepemilikan hukum tanah di mata kekuatan Eropa lainnya.
  8. Rujukan pertama dalam suatu tindakan internasional tentang kewajiban yang melekat pada 'lingkup pengaruh' terdapat dalam Undang-Undang Berlin.

4. Sebanyak 90 persen Afrika jadi wilayah jajahan

ilustrasi peta Afrika (Unsplash.com/James Wiseman)

Konferensi Berlin yang sebenarnya dimotivasi oleh keserakahan dan keinginan eksploitatif orang Eropa, pada akhirnya berujung pada penjajahan yang meluas di Afrika. Era tersebut menjadi era yang kejam dan kelam dalam catatan sejarah.

Sebelum konferensi, menurut New African Magazine, sebanyak 90 persen Afrika berada di bawah kendali tradisional dan lokal dengan beberapa wilayah telah dikuasai Eropa. Aljazair dikuasai Prancis, Cape Colony dan Natal dikuasai Inggris, dan Angola dikuasai Portugal.

Pada saat itu, kolonialisme Eropa sebagian besar terkonsentrasi di sepanjang pantai Afrika. Bagian pedalaman benua masih jadi misteri bagi para penjajah.

Tapi usai konferensi, 90 persen wilayah Afrika kemudian dengan beringas dikuasai oleh kekuatan penjajah Eropa. Hanya ada dua negara yang dapat disebut tidak berhasil dijajah yakni Liberia dan Ethiopia, kutip Thought Co.

5. Konferensi Berlin menciptakan 50 negara di Afrika

peta kekuasaan sebelum dan sesudah Konferensi Berlin di Afrika (khanacademy.com)

Konferensi Berlin yang kadang disebut Konferensi Berlin Afrika Barat, berlangsung selama 104 hari. Konferensi itu berakhir pada 26 Februari 1885 dengan dampak yang terus dirasakan sampai saat ini.

Usai konferensi itu, penjajah Eropa menjadikan dan membentuk Afrika terpecah belah menjadi setidaknya 50 negara dengan batas-batas geografis yang tumpang tindih.

Secara umum, berikut ini peta kekuasaan penjajah Eropa dalam melakukan kolonisasi Afrika.

  • Inggris menginginkan kumpulan koloni dari Cape di selatan sampai Kairo di utara. Mereka mengendalikan Mesir, Sudan (Sudan Anglo-Mesir), Uganda, Kenya (Afrika Timur Inggris), Afrika Selatan, dan Zambia, Zimbabwe (Rhodesia), dan Botswana. Inggris juga menguasai Nigeria dan Ghana (Gold Coast).
  • Prancis mengambil sebagian besar Afrika barat, dari Mauritania ke Chad, serta Gabon dan Republik Kongo (Afrika Khatulistiwa Prancis).
  • Belgia dan Raja Leopold II menguasai Republik Demokratik Kongo (Kongo Belgia).
  • Portugal merebut Mozambik di timur dan Angola di barat.
  • Italia menguasai Somalia dan sebagian kecil Ethiopia.
  • Jerman merebut Namibia (Afrika Barat Daya Jerman) dan Tanzania (Afrika Timur Jerman).
  • Spanyol mengklaim wilayah terkecil, yaitu Guinea Khatulistiwa (Rio Muni).

Baca Juga: Profil Hungaria: Negara yang Pernah Dikuasai Islam hingga Komunisme

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya