Konflik Ethiopia: Ratusan Ribu Orang akan Mengungsi ke Sudan
Ribuan orang sudah melintasi perbatasan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Addis Ababa, IDN Times – Apa yang dikatakan oleh penerima hadiah Nobel Perdamaian Ethiopia, Abiy Ahmed, bukanlah gertak sambal belaka. Abiy Ahmed segera mengirimkan militer federal menuju wilayah Tigray ketika mendapatkan laporan bahwa beberapa fasilitas militer federal berusaha dijarah oleh pasukan Tigray dan beberapa personel militer federal terluka.
Retorika yang disampaikan oleh Abiy Ahmed sempat membuat para pengamat khawatir bahwa perang saudara akan terjadi di negara Ethiopia. Kekhawatiran itu saat ini telah mengejawantah. Abiy Ahmed telah melancarkan operasi militer, bahkan juga serangan udara ke wilayah yang dikuasai oleh Tigrayan.
Kabar terbaru dari konflik di Ethiopia ini adalah, bahwa kemungkinan besar sekitar 200.000 orang akan melarikan diri akibat peperangan yang berlangsung. Salah satu negara tujuan pelarian itu adalah Sudan, negara yang berada di barat laut Ethiopia.
Kantor berita Reuters melaporkan bahwa korban jiwa di kedua belah pihak sudah mencapai ratusan orang (10/11). Akan tetapi Perdana Menteri Abiy Ahmed masih tetap mengatakan dan meyakinkan kepada dunia negaranya tidak tergelincir dalam perang saudara.
1. Kekurangan bahan makanan mulai terjadi
Perang akhirnya pecah di kawasan tanduk Afrika Utara, di negara yang memiliki penduduk terpadat kedua di Afrika. Meski perang tersebut belum jelas sebesar apa, akan tetapi yang pasti bahwa pemerintah federal Ethiopia secara berkala telah memberikan keterangan pers terkait serangan yang mereka lancarkan ke wilayah Tigray.
Associated Press mengabarkan, tidak hanya saluran internet di wilayah oposisi yang diputus tetapi juga akses ke wilayah tersebut (11/11). Dalam sebuah wawancara dengan ketua yang mengurusi bidang kemanusiaan PBB, di luar toko roti di wilayah Tigray telah terjadi antrean panjang orang-orang, dan truk-truk pasokan makanan terdampar di perbatasan.
Sajjad Mohammad Sajid, ketua bidang kemanusiaan PBB yang bertugas di Ethiopia tersebut memberikan penjelasan “Kami ingin mendapatkan akses kemanusiaan secepat mungkin. Bahan bakar dan makanan sangat dibutuhkan” katanya menjelaskan bahwa ada sekitar dua juta penduduk Tigrayan dan ratusan ribu orang mulai terlantar.
Diputusnya saluran internet dan penjagaan ketat perbatasan membuat kondisi perang di Ethiopia sulit dijelaskan ke publik. Tidak ada laporan jelas mengenai jumlah korban yang sudah jatuh akibat serangan yang sudah dilancarkan secara bertubi-tubi oleh militer federal dalam operasi militernya.
Baca Juga: Sudan Ungkap Keprihatinan atas Ketegangan yang Terjadi di Ethiopia
Baca Juga: Ethiopia Tekan Oposisi dengan Membentuk Pemerintahan Sementara
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.