TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menhan Jerman: 'NATO Tak Kan Biarkan Didikte oleh Rusia'

Rusia akan membalas jika NATO menolak jaminan keamanan 

Christine Lambrecht, Menteri Pertahanan Jerman (Twitter.com/Bundeswehr)

Jakarta, IDN Times - Menteri Pertahanan Jerman, Christine Lambrecht, mengatakan bahwa NATO tidak akan membiarkan dirinya didikte oleh Moskow. Ungkapan itu dikeluarkan terkait dengan proposal jaminan keamanan yang diajukan Rusia kepada NATO.

Di dalam proposal itu, yang disebut sebagai bagian untuk meredakan ketegangan Ukraina-Rusia, salah satu pokok utama tuntutan Moskow adalah agar NATO tidak melakukan ekspansi ke negara-negara bekas pecahan Uni Soviet, terutama Ukraina.

Di sisi lain, pejabat tinggi Rusia mengatakan bahwa negaranya akan membuat langkah balasan jika NATO menolak proposal jaminan keamanan yang telah diajukan. Rusia mengatakan telah siap membicarakan proposal tersebut di negara yang netral.

1. NATO tidak boleh membiarkan Moskow membagi pengaruh di Eropa

Ketegangan Ukraina-Rusia telah mencapai pada titik mengkhawatirkan. Ada ancaman perang besar jika ketegangan itu tidak diredakan.

Ukraina yang merasa terancam dengan penumpukan besar pasukan Rusia di sebelah timur perbatasannya, menuduh bahwa Moskow merencanakan akan menyerang Kiev. Uni Eropa (UE), NATO juga G7 mendukung Ukraina dan mengancam Rusia dengan sanksi ekonomi yang keras jika serangan itu benar-benar terjadi.

Dalam upaya meredakan ketegangan tersebut, Rusia membuat proposal jaminan keamanan kepada NATO. Salah satu tuntutannya adalah agar aliansi atlantik utara itu tidak melakukan ekspansi ke Eropa timur.

Dilansir Reuters, Menteri Pertahanan Jerman, Christine Lambrecht mengatakan "kami akan membahas proposal Rusia. Tetapi tidak mungkin Rusia mendikte mitra NATO tentang postur mereka, dan itu adalah sesuatu yang akan kami jelaskan dengan sangat jelas dalam pembicaraan (minggu depan di dewan NATO)," ujarnya.

Pada hari Minggu (19/12/21) Lambrecht berbicara dengan Menteri Pertahanan Lithuania Arvydas Anusauskas di kota Rukla. Mereka berdua menuduh Rusia mencoba mengganggu aliansi NATO. Mereka juga mengatakan NATO tidak boleh membiarkan Moskow membagi pengaruh di benua Eropa.

Baca Juga: Kematian COVID-19 Naik, Moskow Terapkan Pembatasan Baru

Sejauh ini belum dikeluarkan secara rinci apa saja tuntutan Rusia yang diajukan dalam proposal jaminan keamanan, yang sudah diberikan kepada utusan AS. Tapi sebagian besar informasi yang beredar adalah, Rusia tidak ingin Ukraina dan Georgia jadi anggota NATO.

Selain itu, Moskow juga menuntut agar pasukan batalyon NATO yang berada di negara-negara tetangganya untuk ditarik mundur. Dilansir Politico, pasukan NATO berada di Polandia, Estonia, Latvia dan Lithuania.

Kehadiran NATO di Eropa timur dianggap Rusia sebagai ancaman. Rusia tidak ingin beberapa negara tetangganya menjadi tempat penempatan persenjataan canggih milik NATO yang itu berarti mengancam keamanan dalam negerinya.

Pihak kementrian pertahanan Lithuania dalam unggahan media sosialnya usai Anusauskas dan Lambrecht bertemu, menjelaskan bahwa "kita harus menjelaskan Rusia tidak memiliki hak untuk memberi tahu anggota NATO bagaimana harus berperilaku."

2. Moskow menuntut penarikan pasukan NATO dari negara-negara tetangga Rusia

Pesawat tempur anggota NATO (Twitter.com/NATO)

Baca Juga: 6 Fakta dan Sejarah di Balik Reunifikasi dalam Sepak Bola Jerman

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya