Kematian COVID-19 Naik, Moskow Terapkan Pembatasan Baru

Kematian di Rusia catatkan rekor nasional

Jakarta, IDN Times -Kasus kematian akibat COVID-19 di Rusia yang dilaporkan pada hari Selasa (19/10/2021) mencatatkan rekor tertinggi di negara itu selama pandemik, dengan 1.015 kematian. Peningkatan ini membuat Wali Kota Moskow, Sergei Sobyani mengumumkan pembatasan baru selama empat bulan. Pembatasan itu merupakan yang pertama di ibu kota Rusia sejak pembatasan sebelumnya berakhir di musim panas.

1. Orang berusia lebih dari 60 tahun diminta tetap di rumah selama empat bulan

Melansir dari Reuters, dalam pembatasan baru di kota yang memiliki populasi sebanyak 12,7 juta orang ini pemerintah memerintahkan orang berusia di atas 60 tahun untuk tetap di rumah selama empat bulan, dimulai dari 25 Oktober. Namun, bila ingin vaksinasi diperbolehkan keluar. Pembatasan lainnya untuk bisnis di Moskow mengharuskan 30 persen pekerja bekerja dari rumah.

Sobyani dalam keterangan di situsnya menyampaikan saat ini orang yang dirawat di rumah sakit dengan gejala parah meningkat setiap hari. Mereka yang berusia di atas 60-an menyumbang 60 persen pasien rawat inap, hampir 80 persen menggunakan ventilator, dan 86 persen kematian.

Pembatasan lainnya juga diterapkan di wilayah Krimea, wilayah yang dicaplok Rusia dari Ukraina pada 2014. Pejabat setempat menerapkan wajib vaksinasi untuk mereka yang bekerja di sektor seperti pariwisata, perhotelan, pendidikan, dan perawatan kesehatan.

Pada hari Senin pemerintah Saint Petersburg mengumumkan akan menerapkan izin kesehatan untuk mengatur akses ke acara kerumunan mulai 1 November, yang dilakukan demi mencegah penyebaran virus.

2. Rencana libur kerja nasional selama seminggu

Kematian COVID-19 Naik, Moskow Terapkan Pembatasan BaruIlustrasi Bekerja (IDN Times/Sukma Shakti)

Dengan tambahan 1.015 kasus kematian akibat virus corona, sehingga total jumlah kematian akibat pandemik di Rusia menjadi 225.325 kasus, tertinggi di Eropa. Menurut badan statistik Rusia jumlah total kematian jauh lebih tinggi, yaitu mencapai lebih dari 400 ribu kasus. Pada hari Selasa Rusia melaporkan ada 33.740 kasus infeksi baru dalam 24 jam terakhir.

Melansir dari Reuters, untuk pembatasan secara nasional pemerintah telah menyiapkan rencana. Wakil Perdana Menteri Tatiana Golikova mengusulkan agar 30 Oktober hingga 7 November menjadi hari libur bekerja. Rusia juga memperkenalkan langkah-langkah serupa sebelumnya dalam pandemik.

Wakil perdana menteri itu juga menyerukan penggunaan kode QR di ponsel untuk menunjukkan bukti vaksinasi atau telah pulih dari COVID-19 sebagai syarat untuk mengakses beberapa acara publik atau mengunjungi fasilitas tertentu.

Banyak wilayah Rusia berencana untuk mulai membuka kembali restoran, museum, dan tempat umum lainnya, tapi dengan syarat bukti vaksinasi atau baru saja pulih dari virus corona.

Usul Golikova akan diajukan ke Presiden Vladimir Putin dalam pertemuan pemerintah pada hari Rabu. Putin di hari Rabu diperkirakan akan mengumumkan pembatasan yang akan diterapkan pemerintah untuk mengatasi peningkatan kasus virus corona.

Baca Juga: Jet Tempur Rusia Cegat Pesawat Pembom AS di atas Laut Hitam

3. Rusia menghadapi warga yang tidak percaya dengan vaksin

Kematian COVID-19 Naik, Moskow Terapkan Pembatasan BaruIlustrasi petugas medis yang sedang memberikan vaksin COVID-19. (Unsplash.com/Steven Cornfield)

Melansir dari BBC, Rusia saat ini dalam vaksinasi mengandalkan vaksin dalam negeri yang diberi nama Sputnik V, yang diluncurkan dengan cepat tahun lalu, tetapi Rusia gagal meyakinkan banyak warganya untuk vaksinasi. Saat ini baru 35 persen populasi yang telah memiliki satu dosis vaksin, tingkat yang lebih rendah daripada di sebagian besar negara di Eropa.

Negara itu justru lebih sukses menjual Sputnik V di seluruh dunia. Namun, dalam distribusi ke negara lain ada beberapa kendala seperti masalah pengiriman, dengan beberapa negara tidak dapat mendapatkan dosis mereka tepat waktu. Vaksin Sputnik V saat ini masih belum mendapat persetujuaan penggunaan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Melansir dari France 24, pemerintah Rusia saat ini sedang berjuang untuk melawan penolakan terhadap vaksin, survei menunjukkan lebih dari separuh orang Rusia tidak berencana untuk vaksinasi. Pemerintah telah disalahkan atas ketidakpercayaan warga terhadap vaksin.

Pyotr Tolstoy, wakil ketua majelis rendah, pada akhir pekan kemarin mengatakan warga yang tidak percaya kepada vaksin adalah fakta, menurutnya pemerintah telah gagal dalam kampanye informasi seputar vaksin.

Juru bicara Putin, Dmitry Peskov pada hari Selasa mengatakan ada tradisi menyalahkan pemerintah, dia meminta agar orang lebih bertanggung jawab. Juru bicara itu mengatakan penolakan terhadap vaksin tidak terkait dengan merek vaksin. Di Rusia tidak ada vaksin buatan Barat, Peskov yakin membawa vaksin buatan negara lain tidak akan membantu tingkat vaksinasi yang lamban.

Baca Juga: Rusia Gelar Latihan Militer Skala Besar di Tajikistan 

Ifan Wijaya Photo Verified Writer Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya