Meski Dituduh Gagal Kelola Negara, Presiden Sri Lanka Ogah Mundur
Ratusan dokter ikut protes akibat kelangkaan pasokan obat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, telah mendapatkan tekanan bertubi-tubi dalam satu bulan terakhir. Namun, dia tetap mengabaikan protes rakyat yang menuntutnya turun dari jabatan presiden.
Salah satu menterinya mengatakan, presiden tak akan mundur dan akan menghadapi gejolak saat ini.
Sri Lanka telah mengalami krisis ekonomi yang parah. Negara itu kekurangan valuta asing untuk membayar impor bahan bakar dan bahan penting lainnya seperti obat-obatan. Protes terbaru melibatkan ratusan dokter yang kesulitan untuk mendapatkan obat-obatan dan bahan kimia pengujian.
Pekan ini, 26 menteri kabinet Rajapaksa mengundurkan diri secara serempak. Kelompok oposisi parlemen yang ditawari untuk membentuk pemerintahan persatuan juga menolak menopang pemerintahan yang hampir runtuh. Tapi Gotabaya Rajapaksa tetap tidak mau meninggalkan jabatannya.
Baca Juga: Oposisi Sri Lanka Tolak Tawaran Masuk Kabinet: Presiden Harus Lengser!
1. Menteri Sri Lanka sebut presiden tak akan mundur
Krisis parah yang dihadapi Sri Lanka mengantarkan negara itu dalam. Kekurangan bahan bakar, pemadaman listrik, kekurangan bahan makanan, obat-obatan, dan barang penting lain selama berminggu-minggu, membuat rakyat marah.
Protes terjadi secara sporadis. Beberapa protes bahkan berujung kekerasan yang memicu pasukan keamanan berusaha membubarkan dengan menembakkan gas air mata dan meriam air.
Desakan agar Gotabaya Rajapaksa untuk mundur dari jabatan terus terdengar nyaring.
Menteri Jalan Raya Sri Lanka, Johnston Fernando, mengatakan bahwa pemerintah akan berjuang untuk mengeluarkan negaranya dari krisis yang sedang dirasakan.
"Kami dengan jelas mengatakan presiden tidak akan mengundurkan diri dalam keadaan apa pun. Kami akan menghadapi ini," kata dia pada Rabu (6/4/22), dikutip Al Jazeera.
Fernando mengklaim Gotabaya saat ini masih didukung sekitar 6,9 juta rakyat Sri Lanka yang memilihnya. Tapi Fernando tidak mengatakan bahwa jumlah total populasi negara itu sekitar 22 juta orang dan mereka yang memiliki hak pilih sekitar 16 juta orang.
Baca Juga: Akibat Perang, Puluhan Ribu Turis Ukraina-Rusia Terdampar di Sri Lanka
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.