TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Oposisi Namibia Tak Sepakat Ganti Rugi Genosida Jerman

Kelompok terdampak genosida merasa tidak dilibatkan

Suasana di dalam gedung parlemen Namibia (Twitter.com/Parliament of Namibia)

Jakarta, IDN Times - Kelompok oposisi Namibia berdebat di parlemen tentang kesepakatan ganti rugi Jerman atas genosida yang terjadi lebih dari seabad lalu. Jerman rencananya akan mengeluarkan satu miliar euro atau sekitar Rp18,4 triliun sebagai dukungan pembangunan selama 30 tahun ke depan.

Kesepakatan antara pemerintah Namibia dan Jerman telah dimusyawarahkan dengan alot pada Mei-Juni. Hingga kini, pemerintah belum mendapatkan kesepakatan dari parlemen, di mana para oposisi menuntut nilai lebih dari yang sudah direncanakan oleh pihak Jerman.

1. Negosiasi dengan Jerman berlangsung alot

Kekaisaran Jerman memiliki rapor merah di Namibia ketika menjajah wilayah tersebut. Antara tahun 1904 sampai 1908, pasukan kekaisaran melakukan pembantaian tanpa pandang bulu terhadap orang-orang etnis Nama dan Herero yang ada di Namibia.

Bulan Mei lalu, Jerman secara resmi mengumumkan permintaan maaf atas kekejaman yang dilakukan oleh pasukan kekaisaran. Mereka juga menawarkan sekitar Rp18,3 triliun sebagai ucapan permintaan maaf untuk mendukung pembangunan Namibia.

Dana sebanyak itu akan dikeluarkan secara bertahap sampai 30 tahun ke depan. Namun pihak parlemen Namibia masih memperdebatkan hal tersebut. Sejak bulan Juni, pihak oposisi dan partai pemerintah belum mencapai kata sepakat.

Perdebatan sempat terjeda karena infeksi COVID-19 yang menghancurkan dan kini Majelis Nasional kembali membuka perdebatan untuk mencari persetujuan tawaran dari Berlin.

Dilansir dari Reuters, Frans Kapofi yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan Namibia mengakui bahwa kesepakatan dengan Jerman tidak memenuhi harapan masyarakat yang terkena dampak, tetapi mengatakan negosiasi berlangsung alot.

Kapofi yang berasal dari partai SWAPO, partai yang berkuasa, mengatakan tujuan utama pemerintah adalah untuk mendapatkan pengakuan dari Jerman bahwa pasukan kekaisarannya telah melakukan genosida.

Baca Juga: Chanique Rabe dari Namibia Raih Mahkota Miss Supranational 2021

Pada hari Selasa, 21 September 2021, ratusan warga Namibia melakukan protes di ibu kota Windhoek. Beberapa dari mereka menyerbu parlemen Namibia. Mereka adalah kelompok etnis yang terdampak dalam episode pembantaian Jerman yang terjadi awal tahun 1900-an.

Dilansir dari BBC, beberapa partai politik oposisi telah menolak kesepakatan ganti rugi Jerman senilai sekitar Rp18 triliun tersebut. Beberapa kelompok adat bahkan mengatakan bahwa kesepakatan yang telah direncanakan tidak melibatkan mereka yang menjadi korban terdampak genosida.

Vipuakuje Muharukua, seorang anggota parlemen yang merupakan keturunan korban genosida mengatakan "kami ingin diperlakukan sama, seperti korban genosida lain yang telah dibayar dan dimintai maaf oleh Jerman."

"Pemerintah harus memerintah untuk semua orang. Kami tidak membutuhkan pemerintah yang akan mengalah pada tuntutan Jerman, terlepas dari situasi fiskal. Kami memiliki sejarah di pihak kami. Kami orang Namibia akan menerima tidak kurang dari sekadar reparasi," katanya menjelaskan seperti dikutip Deutsche Welle.

Baca Juga: Jerman Akui Tindakan Genosida Selama Era Kolonial di Namibia

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya