TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pemberontak Tuareg Kuasai Mali Utara Usai Pertempuran Sengit

Mali kerahkan angkatan udara

ilustrasi bendera Mali (Unsplash.com/aboodi vesakaran)

Jakarta, IDN Times - Pemberontak Tuareg mengklaim telah menguasai kota Bourem di Mali utara pada Selasa (12/9/2023). Mereka juga mengklaim telah berhasil mengendalikan kamp militer.

Kemajuan pemberontak itu terjadi usai pertempuran yang telah dilakukan selama beberapa minggu. Sejak Agustus lalu, aliansi Coordination of Azawad Movements (CMA) telah memerangi tentara. Langkah itu terjadi karena ada kekosongan kekuasaan sebab misi penjaga perdamaian PBB meninggalkan Mali.

CMA pernah memberontak pada 2012. Pada 2015, perjanjian damai yang rapuh disepakati di Aljazair. Sejak pasukan Prancis dan PBB mulai meninggalkan Mali, CMA khawatir tentara Mali bersama Wagner akan mengambil wilayah dan melakukan provokasi.

Baca Juga: PBB: Wilayah ISIS di Mali Berlipat Ganda Kurang dari Setahun

1. Menyerang bukan untuk bertahan

Personel militer segera dikirim ke perbatasan untuk meningkatkan keamanan. Ilustrasi (pixabay.com/Nambasi)

Bagian Mali utara merupakan salah satu titik panas pertempuran di negara itu yang berlangsung selama bertahun-tahun. Pemberontak bersenjata kerap menyerang kamp militer. Dulu, mereka melakukan itu untuk menjarah senjata, amunisi, atau kendaraan.

Dilansir Reuters, juru bicara CMA Mohamed Elmaouloud Ramadane mengatakan, pasukannya telah menguasai kamp militer di kota Bourem sekitar pukul 10 pagi waktu setempat.

Namun, pasukan pemberontak itu kemudian mundur setelah tentara menguasai kota. Ramadane mengatakan bahwa pasukannya melakukan penyerangan bukan untuk bertahan.

CMA sendiri dibentuk oleh masyarakat Tuareg di Mali utara. Mereka telah lama menilai pemerintah Mali lalai dan aliansi itu mengupayakan otonomi diberikan di wilayah gurung yang mereka sebut Azwad.

2. Angkatan udara Mali turun tangan

Wilayah Mali utara adalah tempat lahirnya pemberontak bersenjata yang kemudian melanda negara-negara di Sahel. Pasukan pemberontak, termasuk militan yang berafiliasi dengan ISIS dan Al-Qaida, muncul dan menyebar ke berbagai negara di Afrika Barat.

Mali dengan pemerintahan junta militer kini bekerja sama dengan tentara bayaran swasta Wagner Rusia. Pemerintah mengusir pasukan Prancis dan penjaga perdamaian PBB, sehingga terjadi kekosongan kekuasaaan di utara.

Dilansir Al Jazeera, sementara ini juru bicara militer Mali enggan menanggapi permintaan komentar. Tapi warga di wilayah tersebut mengatakan, pemberontak bersenjata telah mengepung kamp militer dan menjelajahi kota.

"Tetapi pesawat bereaksi terhadap mereka. Kami dapat mendengar lebih banyak tembakan, FAMA (Angkatan Bersenjata Mali) ada di mana-mana di kota ini dalam jumlah besar," kata Mahamoud Ould Mety, warga setempat.

Baca Juga: Mali Minta Pasukan Misi Perdamaian PBB Pergi karena Dinilai Gagal

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya