TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Profil Hun Manet, Calon Kuat Perdana Menteri Kamboja

Jebolan kampus bergengsi di AS dan Inggris

Ilustrasi (Unsplash.com/Daniel Bernard)

Jakarta, IDN Times - Kamboja akan melansungkan pemilihan Perdana Menteri (PM) dalam beberapa tahun ke depan. Salah satu orang yang digadang menduduki posisi tersebut adalah Hun Manet. Dia adalah Anggota Komite Tetap dan Ketua Komite Pemuda Pusat Cambodian People’s Party (CPP).

CCP merupakan partai yang didirikan pada 1951. Partai itu awalnya dikenal sebagai Partai Revolusi Rakyat Kamboja. Partai mengadopsi pandangan Marxisme yang revisionis, beraliansi dengan Vietnam, Uni Soviet, dan Partai Komunis Kamboja yang pro-China.

Kamboja, sebagai tetangga jauh Indonesia, adalah negara dengan bentuk monarki konstitusional. Negara itu dipimpin oleh PM Hun Sen yang telah menjabat sejak 1985. Hun Sen disebut sebagai salah satu pemimpin terlama di Asia Tenggara dan dunia.

Berikut ini informasi tentang Hun Manet, calon pemimpin Kamboja masa depan yang potensial terpilih sebagai Perdana Menteri.

1. Lulusan universitas bergengsi di Inggris dan AS

Hun Manet (Twitter.com/Office of Cambodia PM)

Tidak banyak hal yang terungkap ke publik tentang rekam jejak Hun Manet. Dia adalah pria kelahiran 20 Oktober 1977 di Desa Koh Thmar, Distrik Memot, Provinsi Kampong Cham saat Kamboja diperintah oleh Khmer Merah.

Manet tumbuh dan besar dengan pendidikan umum di Phnom Penh. Pada 1995, dia bergabung dengan militer di Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja. Pada tahun yang sama, Hun Manet masuk di Akademi Militer Amerika Serikat (AS), di West Point. Dia jadi lulusan Kamboja pertama dari akademi tersebut. 

Selama di AS, Hun Manet juga menerima gelar sarjana di bidang ekonomi. Memasuki New York University, dia memperoleh gelar Master of Arts di bidang yang sama. Lalu pada tahun 2008, Manet mendapatkan gelar PhD di bidang yang sama dari University of Bristol, Inggris.

Pendidikan militer dan ekonomi yang didapatkan oleh Manet adalah dari universitas-universitas yang bergengsi. Dilansir US News, Akademi Militer West Point termasuk 50 besar kampus yang paling inovatif.

Kemudian, New York University hampir selalu berada urutan 30 besar kampus terbaik di AS. Sedangkan Universitas Bristol adalah kampus yang hampir selalu masuk dalam 10 kampus terbaik Inggris dan 100 kampus terbaik di dunia.

Baca Juga: Kamboja Tunjuk Prak Sokhonn Jadi Utusan Khusus ASEAN untuk Myanmar

2. Politikus yang bersih

Salah satu pemandangan di sudut ibu kota Phnom Penh (Unsplash.com/Vouchlim Ton)

Hun Manet adalah anak sulung dari enam bersaudara. Dia tumbuh dari sebuah keluarga yang berada dan hidup di tengah lingkaran selebritas politik.

Tapi karirnya, ia mulai dengan memasuki bidang militer. Menurut The Guardian, banyak posisi penting yang pernah diduduki oleh Manet. Dia juga dianggap memiliki banyak peran seperti pernah menjabat sebagai komandan pasukan khusus kontra-terorisme.

Saat ini, Hun manet adalah wakil komandan Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja sekaligus kepala staf gabungan. Pangkat yang ia raih sampai saat ini adalah Letnan Jenderal.

Selain di militer, Manet juga bergabung di partai politik, yakni CCP. Pada Desember 2021, Khmer Times melaporkan bahwa Manet dipilih dengan suara bulat oleh Komite Sentral Partai untuk menjadi Perdana Menteri masa depan

Menurut pengamatan Kheang Un, seorang profesor politik di Northern Illinois University, Hun dipandang sebagai seorang politisi yang bersih dan sangat disukai. "Hun Manet dikenal berpendidikan, kompeten, membumi dan ramah," jelasnya.

Di tengah nilai Kamboja yang kurang baik dalam soal tranparansi dan korupsi, mungkin Hun Manet akan memberikan gaya pemerintahan baru yang lebih terbuka bagi rakyat Kamboja. Kamboja sendiri saat ini menurut Tranparency, memiliki indeks korupsi diurutan 160 dari 179 negara yang disurvei.

3. Mendapatkan dukungan dari ayah

Hun Sen, Perdana Menteri Kamboja (Twitter.com/Office of Cambodia PM)

Meski ada penilaian bahwa Manet adalah seorang poltikus yang bersih, tapi dia adalah putra pertama Hun Sen, PM Kamboja yang saat ini menjabat. Hun Sen telah berkuasa di Kamboja sejak 1985 dan itu berarti hampir 37 tahun. Hun Sen tercatat sebagai salah satu pemimpin terlama di Asia Tengara dan dunia.

Pemerintahan Hun Sen dikenal kerap memenjarakan oposisi. Pemerintahannya dilakukan dengan gaya tangan besi. Keadaan demokrasi di Kamboja di bawah Hun Sen dipertanyakan oleh banyak orang.

Pada 2017, partai oposisi utama dilarang dan lawan politik ditindak. Kelompok hak asasi manusia serta jurnalis juga mendapat tindakan keras dari pemerintahan Hun Sen. Manet yang kemungkinan akan menjadi PM Kamboja, telah mendapatkan dukungan dari ayahnya itu, dilansir dari Al Jazeera

Tahun lalu, Hun Sen juga mengatakan, "saya akan mendukung dan mendidik (Hun Manet) untuk mengeluarkan potensi penuhnya. Jika dia tidak mampu seperti ayahnya, dia mungkin mendapatkan setidaknya 80 hingga 90 persen dari saya. Namun, itu tergantung pada suara orang. Kekhawatiran pertama adalah apakah partai akan menerimanya. Yang kedua adalah pemilihan umum."

4. Hidup dalam bayang-bayang sang ayah

Salah satu candi yang berdiri di Kamboja (Unsplash.com/Pou Neang)

Dengan catatan karir yang lebih banyak berada di bidang militer, sampai saat ini Manet yang berusia 44 tahun belum memiliki jabatan politik yang signifikan. Tapi partai CCP yang berkuasa telah memilihnya sebagai anggota komite tetap dan juga pemimpin sayap pemuda partai.

Popularitas Manet terbilang cukup tinggi di kalangan pemuda Kamboja, baik itu di dalam negeri atau di luar negeri. Dia sering mengunggah aktivitas seremonialnya di media sosial dan justru jarang mengunggah informasi seperti kedekatan dengan keluarga.

Menurut The Interpreter, beberapa kali kunjungan luar negeri Manet mendapat sambutan baik dari para pemuda. Dia kerap ke luar negeri untuk bertemu pada mahasiswa Kamboja yang belajar di sana. Tidak jarang kunjungannya juga disambut protes dari mahasiswa, yang mengkritisi situasi politik Kamboja. 

Pembawaan Manet dinilai ramah dan murah senyum. Manet seperti membangun hubungan yang wajar dengan masyarakat yang mendukungnya, berusaha mengurangi sikap negatif terhadap kekuasaan ayahnnya yang dinilai diktator.

Meskipun Manet mencoba membangun citra dirinya sebagai pribadi yang baik, Kimkong Heng dari The Interpreter menilai itu tetaplah hal yang sulit.

"Tidak peduli seberapa keras dia telah mencoba, tidak peduli pendidikan atau kompetensinya, secara militer atau politik, dia tetap dibayangi oleh ketenaran, keburukan, dan kekuasaan ayahnya," kata Heng. 

Baca Juga: Kamboja: PM Hun Sen Berencana Serahkan Jabatan ke Anaknya

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya