TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tiga Polisi Prancis Pukuli Produser Musik Disertai Ucapan Rasis 

Penyelidikan sudah dilakukan

Polisi Prancis diskors karena lakukan pemukulan kepada warganya. Ilustrasi (unsplash.com/Norbu Gyachung)

Paris, IDN Times – Presiden Prancis, Emmanuel Macron, terkejut ketika melihat video rekaman polisi yang melakukan pemukulan kepada seorang produser musik di studionya di Paris. Macron merasa malu dan perilaku polisi tersebut tidak bisa diterima.

Polisi yang melakukan pemukulan berjumlah tiga orang. Penyelidikan sudah dilakukan dan ketiganya saat ini dikenai hukuman. Tiga polisi tersebut diinterogasi pada hari Jum’at, 27 November 2020 di rumah tahanan khusus polisi.

1. Kekerasan publik dan tindakan rasisme

Selain bertindak kekerasan polisi Prancis yang diskors juga bertindak rasis. Ilustrasi (unsplash.com/John Cameron)

Produsen musik yang berkulit hitam dan diidentifikasi bernama Michael, sedang kembali ke studio musiknya pada Sabtu malam. Dia diketahui tidak memakai masker dan dua polisi berseragam dan seorang lagi berpakaian preman, langsung mendorong Michael ke pintu depan apartemennya.

Melansir dari laman The Guardian, ketiga polisi meninju kepala Michael, menendang dan memukul tubuhnya dengan pentungan. Selain serangan fisik itu, Michael terkejut karena ia mendengar kata-kata rasisme yang muncul dari petugas (26/11). Hinaan rasis itu dikeluarkan bersamaan ketika tubuhnya terus dipukuli berulang kali dengan pentungan.

Rekan-rekan Michael yang mendengar teriakan minta tolong, segera menuju suara tersebut. Mereka menolong Michael dan berhasil mendorong tiga petugas polisi itu menjauh, keluar dari pintu depan apartemennya. Namun tidak cukup sampai di situ, tiga polisi itu masih melanjutkan dengan memecahkan kaca dan melempar gas air mata.

Michael dan temannya juga dipaksa untuk keluar dan dipukuli di luar. Kekerasan itu berhenti seketika saat teman Michael yang berada di lantai atas, lewat jendela merekam aksi tersebut sambil berteriak “kamera, kamera, kamera”.

Baca Juga: Prancis akan Longgarkan Lockdown ketika Inveksi Tembus 2 Juta Kasus 

2. Prancis seharusnya tidak membiarkan rasisme berkembang

Presiden Prancis Emmanuel Macron terkejut atas aksi kekerasan dan rasisme polisi Prancis. Ilustrasi (instagram.com/emmanuelmacron)

Micahel ditahan selama 48 jam di kantor polisi dengan dakwaan penghinaan. Namun Michael kemudian dilepaskan tanpa dakwaan. Ketiga petugas polisi yang melakukan pemukulan diselidiki karena melakukan “kekerasan publik” dan membuat “laporan pernyataan palsu”.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang menyaksikan video rekaman aksi kekerasan tersebut, menyatakan “Prancis seharusnya tidak pernah “menyerah pada kekerasan” atau “membiarkan kebencian atau rasisme berkembang” katanya seperti dikutip oleh laman berita BBC, (28/11).

Macron yang kesal dengan insiden tersebut memberitahukan bahwa usulan sangat diperlukan untuk melawan semua jenis diskriminasi secara lebih efektif. Anak buah Macron, yakni Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin mengatakan akan mendesak pemecatan terhadap petugas yang telah dianggap mengotori seragam republik.

Baca Juga: Prancis akan Longgarkan Lockdown ketika Inveksi Tembus 2 Juta Kasus 

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya