TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ditekan Sekutu, PM Selandia Baru Ambil Sikap Soal Tiongkok

Perbedaan dengan Tiongkok sulit dipertemukan

Bendera Selandia Baru. (Unsplash.com/Liam Shaw)

Wellington, IDN Times - Akhir-akhir ini Selandia Baru mendapat tekanan dari internal maupun eksternal. Internal berasal dari dalam negeri dan eksternal dari negara-negara sekutunya mengenai Tiongkok sebagai mitra dagangnya.

Tekanan tersebut perihal Hongkong dan kekhawatiran atas pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi di Uighur, Xinjiang. Negeri Kiwi tersebut dituntut untuk mengambil pendekatan yang lebih tegas terhadap Tiongkok.

Selandia Baru melalui Perdana Menterinya, Jacinda Ardern menyampaikan pandangan tersebut terhadap Tiongkok dalam sesi pertemuannya di China Business Summit (CBS) yang diselenggarakan pada hari Senin, 3 Mei 2021 di Auckland.

1. PM Selandia Baru: perbedaan antara Selandia Baru dan Tiongkok sulit dipertemukan

Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern. (Instagram.com/jacindaardern)

Perbedaan antara Selandia Baru dan mitra dagangnya (Tiongkok) menjadi sulit untuk dipertemukan karena menurut PM Ardern mengelola hubungan tidak selalu mudah dan tidak ada jaminan.

Dilansir Reuters (3/5/2021), dalam pidatonya di CBS, PM Ardern menyampaikan bahwa: "Tidak akan luput dari perhatian siapa pun di sini bahwa ketika peran Tiongkok di dunia tumbuh dan berubah, perbedaan antara sistem kami dan kepentingan serta nilai-nilai yang membentuk sistem itu, menjadi semakin sulit untuk dipertemukan. Ini adalah tantangan yang sedang kita hadapi dan banyak negara lain di kawasan Indo Pasifik, serta di Eropa dan kawasan lain."

Ia juga menambahkan bahwa ada hal-hal yang "tidak, tidak bisa, dan tidak akan disetujui" antara Tiongkok dan Selandia Baru. Walaupun begitu, dengan jelas PM Ardern mengatakan bahwa, ia tidak melihat perbedaan sebagai sesuatu yang tidak dapat dipertemukan, dan mengatakan bahwa "hubungan tetap kuat".

Pemerintah Selandia Baru sedang berupaya menyeimbangkan komitmen terhadap HAM dengan tuntutan mitra dagang terbesarnya.

Seperti yang diketahui, Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar bagi Selandia Baru, dimana Tiongkok mengambil hampir sepertiga dari ekspor Selandia Baru. Bahkan sejak November 2020, nilai ekspor ke Negeri Tirai Bambu sendiri telah lebih besar daripada gabungan empat mitra dagang Selandia Baru lainnya, seperti: Australia, Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Jepang.

Baca Juga: Tolak Vaksinasi COVID-19, Selandia Baru Pecat Petugas Perbatasan

2. Selandia Baru mendapatkan tekanan dari dalam negeri dan negara sekutu

Bendera Selandia Baru. (Unsplash.com/Liam Shaw)

Dari dalam negeri, Parlemen Selandia Baru akan melihat mosi yang diajukan oleh partai yang lebih kecil untuk mendiskusikan apakah situasi yang terjadi di Xinjiang sebagai genosida dan akan dibahas ketika kaukus Partai Buruh bertemu minggu ini. 

Selain itu, tekanan dari eksternal datang dari negara-negara sekutu. Hal ini disebabkan keengganan Selandia Baru menggunakan aliansi intelijen dan keamanan Five Eyes untuk mengkritik Tiongkok. Aliansi Five Eyes terdiri dari negara: AS, Australia, Inggris, dan Kanada.

Dilansir The Guardian (3/5/2021), Mosi yang diusulkan di Selandia Baru, serupa dengan yang sedang menjadi perdebatan di parlemen dari beberapa negara sekutu, seperti Inggris, Australia, dan Kanada. Pada bulan April, anggota parlemen Inggris menetapkan bahwa Tiongkok melakukan genosida, yang membuat Inggris dan Uni Eropa telah mengambil tindakan bersama dengan AS dan Kanada untuk memberikan sanksi terhadap pejabat Tiongkok yang terlibat dalam penahanan massal Muslim Uighur.

Baca Juga: Tolak Vaksinasi COVID-19, Selandia Baru Pecat Petugas Perbatasan

Verified Writer

Rahmah N

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya