PBB: Negara Asia-Pasifik Harus Tanggap Hadapi Perubahan Iklim
Menyerukan negara memiliki sistem peringatan dini
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Negara-negara yang berada di kawasan Asia-Pasifik perlu meningkatkan investasi pada sektor peringatan dini bencana dan instrumen lain untuk mengatasi krisis iklim.
Hal ini disampaikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui laporan dari Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia Pasifik (ESCAP) pada Selasa (25/7/2023).
ESCAP mengatakan bahwa pada 2022 kawasan tersebut telah mengalami 140 bencana alam besar, yang menewaskan lebih dari 7.500 orang.
Tidak hanya itu, bencana juga mempengaruhi 64 juta orang dan berdampak pada kerusakan ekonomi yang mencapai 57 miliar dolar AS (sekitar Rp858 triliun), dilansir dari laman resmi PBB.
Baca Juga: Pakar PBB Marah Kamp Eks ISIS Suriah Pisahkan Anak dengan Ibunya
1. Tentang laporan ESCAP
Laporan Bencana Asia-Pasifik 2023 memproyeksikan bahwa di bawah skenario pemanasan dua derajat celcius, kawasan tersebut dapat mengalami kerugian ekonomi lebih dari 1 triliun dolar AS (sekitar Rp15 kuadriliun) per tahun atau 3,1 persen dari PDB regional.
Bahkan, lebih banyak orang yang berisiko dan jumlahnya meningkat karena perubahan iklim, di mana akan lebih banyak banjir, kekeringan, gelombang panas yang berbahaya, serta cuaca ekstrem lainnya.
"Ketika suhu terus meningkat, titik-titik bencana baru bermunculan, dan yang sudah ada semakin intensif," kata Sekretaris Eksekutif ESCAP, Armida Salsiah Alisjahbana.
Dia juga menambahkan bahwa darurat bencana sedang berlangsung, dan orang-orang harus secara mendasar mengubah pendekatan guna membangun ketahanan.
Baca Juga: PM Selandia Baru: Wilayah Pasifik Tidak Aman karena China
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.