TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Uni Eropa Gandeng Filipina untuk Pakta Keamanan dan Perdagangan Bebas

Memperkuat keterlibatan UE dengan kawasan Indo-Pasifik

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen (kiri) saat bertemu dengan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. pada Senin (31/7/2023) di Manila. (twitter.com/bongbongmarcos)

Jakarta, IDN Times - Uni Eropa (UE) akan memperkuat kerja sama dengan Filipina dalam bidang keamanan. Blok tersebut berjanji akan membantu mengoptimalkan kemampuan maritim Manila, di tengah meningkatnya pengaruh China di Laut China Selatan.

Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, saat bertemu dengan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. di Manila pada Senin (31/7/2023).

"Kami siap memperkuat kerja sama dengan Filipina dalam keamanan maritim di kawasan dengan berbagi informasi, melakukan penilaian ancaman, dan membangun kapasitas penjaga pantai Anda," kata Von der Leyen dalam konferensi pers bersama Marcos, dikutip dari Reuters.

Von der Leyen juga menggarisbawahi pentingnya kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, sebagai kunci perdamaian dan stabilitas di Eropa.

Baca Juga: Filipina Izinkan Film Barbie dengan Syarat Peta Kontroversial Diblur

Baca Juga: Jepang-India Siapkan Kerja Sama Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka

1. UE-Filipina bahas keamanan maritim

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. dalam pertemuan bilateral di Manila pada Senin (31/7/2023). (twitter.com/bongbongmarcos)

Kunjungan resmi Von Der Leyen ini, merupakan kunjungan pertama bagi seorang pemimpin UE dalam hampir enam dekade menjalin hubungan diplomatik dengan Manila.

Bagi UE, Filipina memiliki peran yang penting di Indo-Pasifik, mengingat lokasinya yang strategis sebagai titik tumpu persaingan geopolitik dua kekuatan besar, yakni Amerika Serikat (AS) dan China.

Ini ditambah dengan wilayah maritimnya yang luas, meliputi sebagian Laut China Selatan yang merupakan jalur perairan strategis dan kaya sumber daya. Namun, Beijing mengklaim hampir seluruh wilayah perairan tersebut.

Bagi Beijing, perairan Laut China Selatan masih menjadi wilayah kedaulatannya. Upaya untuk mempertegas kepemilikan tersebut dengan kehadiran militer, serta aktivitas maritimnya disana, NHK News melaporkan.

Negeri Tirai Bambu juga mengenyampingkan putusan dari Pengadilan Arbitrase Internasional pada 2016 di Den Haag, yang menolak klaim ekspansif Beijing atas perairan tersebut. China juga telah mendapatkan ratusan protes diplomatik yang diajukan oleh Filipina karena tidak mengakui keputusan bersejarah itu.

2. UE-Filipina bahas perdagangan dan investasi

Selain itu, para pemimpin juga membahas peluncuran kembali negosiasi untuk perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA). Putaran negosiasi terakhir berlangsung pada 2017, dan sejak saat itu negosiasi ditangguhkan. 

FTA sendiri pertama kali diluncurkan pada 2015, yang mencakup komitmen akses pasar yang ambisius, hambatan non-tarif untuk perdagangan, hingga perlindungan hak kekayaan intelektual.

Jika FTA komprehensif ini terealisasi, maka Filipina akan menjadi negara ketiga di ASEAN, setelah Singapura dan Vietnam, yang memiliki perjanjian FTA dengan UE. Sementara itu, UE  saat ini sedang proses menegosiasikan FTA dengan Indonesia, segera melanjutkan negosiasi FTA dengan Thailand, dan sedang melakukan latihan pelingkupan dengan Malaysia.

Baca Juga: Filipina Waspadai Serangan China ke Taiwan

Verified Writer

Rahmah N

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya