Uni Eropa Gandeng Filipina untuk Pakta Keamanan dan Perdagangan Bebas
Memperkuat keterlibatan UE dengan kawasan Indo-Pasifik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Uni Eropa (UE) akan memperkuat kerja sama dengan Filipina dalam bidang keamanan. Blok tersebut berjanji akan membantu mengoptimalkan kemampuan maritim Manila, di tengah meningkatnya pengaruh China di Laut China Selatan.
Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, saat bertemu dengan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. di Manila pada Senin (31/7/2023).
"Kami siap memperkuat kerja sama dengan Filipina dalam keamanan maritim di kawasan dengan berbagi informasi, melakukan penilaian ancaman, dan membangun kapasitas penjaga pantai Anda," kata Von der Leyen dalam konferensi pers bersama Marcos, dikutip dari Reuters.
Von der Leyen juga menggarisbawahi pentingnya kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, sebagai kunci perdamaian dan stabilitas di Eropa.
Baca Juga: Filipina Izinkan Film Barbie dengan Syarat Peta Kontroversial Diblur
Baca Juga: Jepang-India Siapkan Kerja Sama Indo-Pasifik yang Bebas dan Terbuka
1. UE-Filipina bahas keamanan maritim
Kunjungan resmi Von Der Leyen ini, merupakan kunjungan pertama bagi seorang pemimpin UE dalam hampir enam dekade menjalin hubungan diplomatik dengan Manila.
Bagi UE, Filipina memiliki peran yang penting di Indo-Pasifik, mengingat lokasinya yang strategis sebagai titik tumpu persaingan geopolitik dua kekuatan besar, yakni Amerika Serikat (AS) dan China.
Ini ditambah dengan wilayah maritimnya yang luas, meliputi sebagian Laut China Selatan yang merupakan jalur perairan strategis dan kaya sumber daya. Namun, Beijing mengklaim hampir seluruh wilayah perairan tersebut.
Bagi Beijing, perairan Laut China Selatan masih menjadi wilayah kedaulatannya. Upaya untuk mempertegas kepemilikan tersebut dengan kehadiran militer, serta aktivitas maritimnya disana, NHK News melaporkan.
Negeri Tirai Bambu juga mengenyampingkan putusan dari Pengadilan Arbitrase Internasional pada 2016 di Den Haag, yang menolak klaim ekspansif Beijing atas perairan tersebut. China juga telah mendapatkan ratusan protes diplomatik yang diajukan oleh Filipina karena tidak mengakui keputusan bersejarah itu.
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.