Belahan Bumi Utara Dilanda Gelombang Panas, Ilmuwan Beri Peringatan
Ilmuwan menyebut gelombang panas bisa terjadi lebih sering
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Lytton, sebuah kota kecil di Kanada, mengalami suhu tertinggi yang pernah tercatat di negara itu pada pekan lalu, yaitu mencapai 49,6 derajat Celcius. Suhu tinggi itu muncul akibat gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya, melanda wilayah tersebut selama lebih dari seminggu.
Menurut CNN, gelombang panas itu telah menewaskan ratusan orang dan memicu lebih dari 240 kebakaran hutan di British Columbia. Hingga saat ini, masih ada sebagian kebakaran hutan terjadi. Akibat ini, para warga yang tinggal di wilayah itu dan di sekitarnya terpaksa harus mengungsi.
Namun, kondisi memilukan di Lytton yang hanya dihuni 250 orang penduduk itu disebut ilmuwan akan berlangsung lama dan bisa berulang setiap tahunnya.
Baca Juga: Gelombang Panas di Kanada, Puluhan Warga Setempat Tewas
1. Panas yang ekstrem bakal lebih sering terjadi
Para ilmuwan telah memperingatkan selama beberapa dekade bahwa perubahan iklim akan membuat gelombang panas lebih sering dan lebih intens terjadi. Bahkan dampak buruk perubahan iklim ini bukan hanya terjadi di Kanada, tapi di beberapa wilayah di Belahan Bumi Utara, seperti Amerika Barat Laut dan New York City.
Hal yang sama juga terjadi di Rusia. Moskow melaporkan suhu tertinggi di bulan Juni yaitu 34,8 derajat pada 23 Juni, bahkan di Lingkaran Arktik yang terkenal sangat dingin, suhu melonjak hingga 30-an derajat.
Di India, puluhan juta orang di barat laut juga terkena dampak gelombang panas. Departemen Meteorologi India pada Rabu lalu mengklasifikasikan ibu kota, New Delhi, dan kota-kota di sekitarnya mengalami “panas ekstrem yang parah”, dengan suhu tetap konsisten di 40-an derajat, lebih dari 7 derajat lebih tinggi dari biasanya.
Sementara di Irak, pihak berwenang mengumumkan hari libur umum di beberapa provinsi pada Kamis lalu, termasuk ibu kota Baghdad, karena terlalu panas untuk bekerja atau belajar. Itu diumumkan setelah suhu tercatat melebihi 50 derajat dan sistem kelistrikannya runtuh.
Baca Juga: 5 Negara Ini Pernah Diterjang Gelombang Panas Ekstrem