TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tabloid Apple Daily Ditutup Pemerintah Tiongkok

Tabloid Apple Daily mendukung demokrasi Hong Kong

bendera Hong Kong (freepik.com/rawpixel.com)

Jakarta, IDN Times – Tabloid Apple Daily yang mendukung demokrasi Hong Kong, mengatakan mereka telah menjadi korban tirani setelah dipaksa untuk ditutup di bawah undang-undang keamanan nasional yang baru.

Komentar itu disampaikan media itu di saat menerbitkan edisi terakhir tabloid pada Kamis (24/6/2021).

“Apple Daily sudah mati,” tulis wakil kepala editor Chan Pui-man, yang ditangkap pekan lalu atas tuduhan keamanan nasional, dalam surat perpisahan kepada para pembaca.

“Kebebasan pers menjadi korban tirani,” tambahnya, mengutip 24 Matins UK.

Baca Juga: Peringati Tindakan Keras China, Museum Hong Kong Ditutup Paksa

1. Isu demokrasi di Hong Kong

ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva

Penutupan mendadak surat kabar populer yang sudah menemani pembaca selama 26 tahun itu merupakan pukulan terbaru bagi kebebasan Hong Kong, memperdalam kegelisahan mengenai apakah pusat keuangan internasional itu dapat tetap menjadi pusat media ketika Tiongkok berusaha untuk membasmi perbedaan pendapat.

Tabloid paling populer di Hong Kong itu telah lama menjadi corong yang menyerukan dukungan terhadap demokrasi di kota itu. Mereka terkenal frontal dalam menyampaikan dukungan penuh untuk gerakan pro-demokrasi kota dan kritik pedas terhadap para pemimpin otoriter Tiongkok.

Sebelumnya pemilik tabloid Jimmy Lai, yang saat ini berada di penjara karena menghadiri protes demokrasi, termasuk orang pertama yang didakwa berdasarkan undang-undang tersebut setelah diberlakukan tahun lalu.

Baca Juga: Tak Hanya Garuda, Hong Kong Larang Semua Penerbangan dari Jakarta

2. Edisi terakhir jadi rebutan

Para anggota kepolisian Hong Kong saat memantau situasi jalannya protes besar-besaran yang berlangsung di Hong Kong. (Twitter.com/TomMackenzieTV)

Edisi terakhir dari Tabloid Apple Daily yang terbit pada Kamis menjadi rebutan warga Hong Kong. Laporan menyebut antrean terbentuk di seluruh Hong Kong karena penduduk berlomba untuk mengambil satu dari satu juta kopi edisi terakhir yang dicetak oleh Apple Daily. Banyak vendor terjual habis dalam beberapa menit dan sedang menunggu pengiriman baru.

Halaman depan tabloid itu menampilkan foto para jurnalis surat kabar itu sendiri yang melambaikan tangan kepada orang banyak di luar markasnya.

Baca Juga: Pemimpin Hong Kong: Media Tak Bisa Gulingkan Pemerintah

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya