TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

25 Tewas Akibat Virus Corona di Tiongkok, Mayoritas Berusia Lanjut

Pemerintah telah menutup Kota Wuhan

Seorang staf medis merawat seorang pasien dengan pneumonia yang disebabkan oleh virus corona baru di Rumah Sakit Zhongnan Universitas Wuhan, di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, pada 22 Januari 2020. Foto diambil tanggal 22 Januari 2020. ANTARA FOTO/cnsphoto via REUTERS

Wuhan, IDN Times - Jumlah korban tewas akibat virus corona di Tiongkok meningkat menjadi 25 orang hingga Jumat (24/1) pagi. Otoritas kesehatan Tiongkok juga mengonfirmasi bahwa satu di antaranya adalah warga di luar Provinsi Hubei di mana kota Wuhan berada.

Dikutip dari AP, korban itu bertempat tinggal di Provinsi Hebei. Ia meninggal dunia setelah kembali dari menghabiskan waktu dua bulan di rumah saudaranya di Wuhan. Pakar penyakit sampar pun kini mulai melihat ada kesamaan di antara para korban.

Baca Juga: Kebingungan dan Kemarahan Warga Wuhan Usai Kotanya Ditutup Pemerintah

1. Korban berusia lanjut dan punya riwayat menderita penyakit tertentu

Seorang staf menggunakan masker saat mengamati pemindai panas yang mendeteksi suhu tubuh penumpang di pemeriksaan keamanan Stasiun Kereta Hankou di Wuhan, Provinsi Hubei,Tiongkok, pada 21 Januari 2020. (ANTARA FOTO/China Daily via REUTERS)

Seperti dilaporkan The New York Times, ketika korban masih berjumlah 17 orang pada Kamis (23/1), 13 di antaranya adalah laki-laki, sedangkan sisanya perempuan. Berdasarkan usia, yang termuda adalah perempuan 48 tahun. Ia mengembuskan napas terakhir setelah lebih dari sebulan positif terinfeksi.

Korban tertua adalah dua laki-laki berumur 89 tahun. Rata-rata usia mereka adalah 75 tahun dan mayoritas sudah menderita gangguan ginjal, hipertensi, diabetes serta parkinson. Sebagian besar dirawat di rumah sakit lebih dari seminggu, tapi ada dua yang meninggal saat baru empat hari menginap.

Dr. W. Ian Lipkin, seorang epidemiologis di Universitas Columbia, Amerika Serikat, sekaligus penasihat Pemerintah Tiongkok dan badan kesehatan dunia WHO saat wabah Sindrom Pernafasan Akut Berat (SARS), mengaku polanya sudah terlihat.

Virus corona sepertinya tidak menyerang orang-orang muda atau individu yang sehat. Lipkin menilai cukup melegakan bahwa "mayoritas kasus fatal terjadi pada orang tua dan/atau punya penyakit kronis, yang akan meningkatkan kerentanan mereka terhadap penyakit berinfeksi".

2. Pemerintah dinilai lamban merespons penyebaran virus corona

Polisi paramiliter menggunakan masker saat berjaga di stasiun kereta Shanghai, Tiongkok, pada 22 Januari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Sementara itu, Dr. Guan Yi, seorang profesor penyakit menular di Hong Kong sekaligus pakar Sindrom Pernafasan Akut Berat (SARS), mengkritik otoritas di Wuhan karena terlalu lamban dalam merespons penyebaran virus corona. Ia juga menilai pemerintah telah menghalangi upayanya dalam menyelidiki penyebarannya.

"Saya merasa sangat tidak berdaya," kata Guan Yi, yang sukses mengidentifikasi virus corona penyebab SARS pada 2002 sampai 2003, kepada majalah Tiongkok Caixin. Pada Selasa (21/1), ia dan timnya tiba di Wuhan lalu kaget karena saat berada di pasar yang diduga asal virus itu, Guan menemukan pengunjung tak memakai masker.

"Saya kira saat itu, kita harus berada dalam 'situasi perang', tapi bagaimana bisa belum ada kewaspadaan?" tanya Guan. "Kasihan warga, mereka sedang bersiap-siap merayakan Tahun Baru dalam kedamaian dan tak tahu soal epidemik itu."

Dikutip dari South China Morning Post, seorang petugas medis mengaku Wuhan kekurangan berbagai perlengkapan dasar yang diperlukan saat ini. "Kami kekurangan segalanya, dari masker wajah sampai kacamata goggle," ucapnya.

Baca Juga: Soal Virus Corona, WHO Sebut Belum Perlu Umumkan Darurat Global

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya