TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Penangkapan Besar-besaran oleh Mohammed bin Salman

Setidaknya 20 pangeran Arab Saudi dituding lakukan kudeta

Pangeran Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman. ANTARA/REUTERS/Saudi Press Agency/Han

Riyadh, IDN Times - Pangeran Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman atau yang dikenal juga sebagai MBS, melakukan apa yang media Barat sebut sebagai "pembersihan massal" pada akhir pekan kemarin.

Laporan dari Reuters mengatakan mulai Sabtu (7/3) MBS yang merupakan putra dari Raja Salman menangkap tiga pangeran senior Arab Saudi.

Kemudian, pada Minggu (8/3), Middle East Eye melaporkan setidaknya ada 20 pangeran yang ditahan atas instruksi pemimpin de facto Arab Saudi tersebut. Mereka yang ditangkap antara lain Pangeran Ahmed bin Abdulaziz (adik Raja Salman), Pangeran Mohammed bin Nayef (mantan Pangeran Mahkota), dan Nayef bin Ahmed bin Abdulaziz (putra Pangeran Ahmed).

1. Mereka dituding berkomplot untuk melakukan kudeta

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memakai pakaian tradisional saat ia berjalan bersama Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dalam sebuah pertemuan di Riyadh, Arab Saudi, pada 12 Januari 2020. ANTARA FOTO/bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/HAndout via REUTERS

Sumber kawasan tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa MBS melakukan penangkapan besar-besaran dengan tuduhan mereka telah "melakukan kontak dengan kekuatan asing, termasuk Amerika Serikat dan lainnya, untuk menjalankan sebuah kudeta".

"Dengan penangkapan-penangkapan ini, MBS mengonsolidasikan cengkeraman penuhnya terhadap kekuasaan. Ini sudah berakhir dengan pembersihan tersebut," kata sumber itu, menambahkan bahwa kini tak ada musuh yang dianggap mampu menentang MBS sebagai penerus takhta Kerajaan Islam itu.

Baca Juga: Putera Mahkota Saudi MBS akan Berkunjung Jakarta Pada 19 Februari 

2. Beberapa anggota kerajaan disebut tidak percaya dengan kemampuan MBS

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memakai pakaian tradisional saat ia bertemu dengan Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman di Riyadh, Arab Saudi, pada 12 Januari 2020. ANTARA FOTO/Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS

Berdasarkan sejumlah pengakuan dari orang dalam, MBS tidak mendapat dukungan penuh dari para anggota kerajaan yang sudah senior. Namun, laki-laki 34 tahun itu bergeming dan semakin berusaha menguatkan posisinya.

Mereka mempertanyakan kemampuan MBS untuk memimpin Arab Saudi setelah skandal pembunuhan jurnalis Jamal Khasshogi pada 2018. Mereka juga ragu MBS sanggup menjadikan Arab Saudi sebagai kekuatan kawasan setelah terjadinya serangan ke fasilitas kilang minyak pada tahun lalu.

Menurut mereka, Pangeran Ahmed adalah orang yang tepat untuk menggantikan Raja Salman yang kini telah berusia 84 tahun. Ia tidak hanya didukung oleh keluarga kerajaan dan keamanan Arab Saudi, tapi juga negara-negara Barat.

3. Raja Salman dikabarkan mendukung MBS

Menariknya, sumber yang mengetahui urusan dalam keluarga kerajaan mengatakan bahwa Raja Salman menyetujui penangkapan para pangeran oleh MBS.

Ia menyebut Raja Salman memberi restu dalam keadaan sehat secara fisik dan mental. Ini karena publik mengetahui bahwa ia mempunyai sakit  atau pikun.

Akun resmi pangeran Arab Saudi pun mengunggah sejumlah twit dalam beberapa jam terakhir. Dalam twit tersebut ada foto Raja Salman dan MBS. Pangeran lainnya juga mengunggah foto dan twit serupa. Spekulasi yang muncul adalah bahwa MBS memerintahkan mereka untuk melakukannya agar menghindari penangkapan.

4. Penangkapan besar-besaran pernah terjadi sebelumnya

Raja Salman dalam foto yang dirilis oleh akun resmi kerajaan Arab Saudi pada 8 Maret 2020. twitter.com/ASNA_20

Pada 2017, Arab Saudi juga pernah melakukan penangkapan besar-besaran dengan dukungan Amerika Serikat. Dikutip dari The New Yorker, ada 11 pangeran yang ditahan bersama dengan sejumlah menteri, para pemilik tiga stasiun TV besar, pejabat militer serta salah satu orang terkaya di dunia yang menjadi pemegang saham di Apple, Twitter, dan Citibank.

Pihak kerajaan mengatakan ini adalah bagian dari perlawanan terhadap korupsi. Akan tetapi, profesor Colin Kahl dari Universitas Georgetown sekaligus asisten deputi Menteri Pertahanan Amerika Serikat untuk urusan Timur Tengah di masa pemerintahan Barack Obama menilai lain.

"Ini tampak seperti langkah final untuk mengonsolidasikan otoritas MBS dengan menyikat habis para penantangnya," kata Kahl kepada Vox.

Baca Juga: Sebelum Raja Salman, Tokoh-tokoh Dunia Ini juga Kunjungi Istiqlal

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya