TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

CEO Twitter Resah dengan Keberadaan Bot yang Sebarkan Hoax

Ia mengakui ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan Twitter untuk kepentingan sesaat.

AFP/Mandel Ngan

San Francisco, IDN Times - CEO Twitter, Jack Dorsey, meminta bantuan publik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi banyak media sosial. Masalah tersebut, antara lain, adalah keberadaan akun-akun bot yang menyebarkan berita bohong serta "kampanye misinformasi". Bot merupakan akun yang diciptakan untuk melakukan kerja secara otomatis.

Baca juga: George Soros: Eksploitasi oleh Facebook dan Google Rugikan Masyarakat

1. Dorsey mengaku tak bangga dengan apa yang tidak mampu dilakukan Twitter

AFP/Justin Tallis

Melalui sejumlah cuitan, Dorsey mengaku bahwa pihaknya sadar ada kelompok tertentu yang sengaja memanfaatkan Twitter untuk kepentingan mereka sendiri. "Kami melihat penyalahgunaan, pelecehan, pasukan troll, manipulasi melalui bot dan koordinasi manusia, kampanye misinformasi dan ruang tertutup yang memproduksi gema yang memecah-belah," tulisnya.

Persoalan-persoalan itu sangat nyata, sayangnya Twitter masih gagal menyelesaikannya. Dorsey pun menambahkan bahwa, "Kami tak bangga dengan bagaimana orang-orang mengambil keuntungan dari layanan kami, atau ketidakmampuan kami untuk menyelesaikannya secepat mungkin."

2. Twitter sudah menyatakan beberapa komitmen yang belum dipenuhi hingga kini

Twitter juga tidak bisa lepas dari kritikan karena sejauh ini dituding tidak berkomitmen dalam menyelesaikan masalah-masalah yang muncul di platform tersebut. Tudingan itu bukan tanpa alasan. Seperti dirangkum The Guardian, Twitter sempat berjanji akan menangani pasukan troll dan bot Rusia pada September 2017.

Sebulan kemudian, perusahaan itu menyatakan siap meningkatkan transparansi dalam urusan iklan berbasis politik dan isu-isu tertentu. Di bulan Desember, Twitter mengumumkan niat untuk menangani konten-konten bermuatan pesan terorisme. Kemudian, yang terbaru, pada Januari 2018 Twitter mengatakan akan menyediakan platform yang mendukung diskursus sehat dan debat demokratis.

Baca juga: Saat Twitter Jadi "Medan Perang" Antara Iran dan Amerika Serikat

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya