Ini Alasan Demonstran Antirasisme Ingin Robohkan Patung Bersejarah
Patung bisa jadi simbol rasisme yang dipelihara negara
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Protes atas kematian laki-laki kulit hitam Amerika Serikat, George Floyd, di Minneapolis menjalar tak hanya ke berbagai kota di negara tersebut, tapi juga sampai ke Inggris, Jerman, Prancis, Irlandia, Australia dan Selandia Baru.
Isu yang diangkat ke publik pun tak terbatas pada kebrutalan polisi terhadap warga kulit hitam, tapi sudah meluas hingga ke rasisme sistematis dan tudingan bahwa negara terlibat dalam memelihara itu selama bertahun-tahun.
Sekarang target para demonstran adalah patung-patung dari para tokoh terkenal dalam sejarah negara mereka masing-masing. Apa alasannya?
Baca Juga: Rusuh, Ini 5 Fakta soal Protes Kematian George Floyd di Minneapolis
1. Patung-patung pelaku perbudakan dan kolonialisme masih berdiri setelah ratusan tahun
Salah satu hal yang problematis mengenai sejarah adalah soal narasi milik siapa yang akan terus-menerus digaungkan kepada publik, bahkan secara institusional dalam dunia pendidikan.
Di buku-buku sejarah milik anak-anak sekolah dituliskan betapa hebat Christopher Columbus dalam menjelajahi samudera, lalu menemukan benua Amerika. Selama bertahun-tahun, namanya dihormati di Amerika Serikat. Patungnya berdiri tegak di Richmond, Virginia.
Begitu juga dengan sosok Jefferson Davis yang menjadi Presiden dari Konfederasi Amerika. Patungnya didirikan di kota yang sama. Merujuk kepada sejarah, 11 negara bagian memisahkan diri dan membentuk konfederasi di kawasan selatan Amerika Serikat pada 1860 hingga 1861.
Mereka merasa terancam dengan terpilihnya Presiden Abraham Lincoln yang ingin mengakhiri perbudakan. Sementara, sistem perbudakan lah yang menjadi fondasi 11 negara itu. Maka wajar saat di ibu kota negara Konfederasi, yang dibangun adalah patung Davis.
Kini, warga kulit hitam yang nenek moyang mereka menjadi budak dan membangun Amerika Serikat dengan darah, keringat serta nyawa, merasa tidak wajar jika patung tersebut masih berdiri hampir 200 tahun kemudian di negara yang mengaku merdeka.
Sama halnya dengan sang penjelajah asal Italia yang bahkan memiliki patung di sejumlah kota di Amerika Serikat. Namun, lagi-lagi ini soal narasi siapa yang dipilih untuk diceritakan. Majalah Smithsonian pernah menjelaskan bahwa 15.000 tahun sebelum ia tiba, sudah ada Penduduk Asli Amerika (Native Americans) yang lebih dulu tinggal di sana.
Brian Handwerk dari majalah tersebut mengatakan Columbus bahkan tak pernah menginjakkan kaki di Amerika Utara. Kemudian, selama penjelajahannya di kawasan Karibia dan pesisir bagian utara dari Amerika Selatan, dia memperbudak dan membunuh ribuan penduduk asli.
Baca Juga: Demonstran #BlackLivesMatter di Inggris Robohkan Patung Penjual Budak