TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jual Sedotan Plastik, Trump Kantongi Rp6,4 Miliar untuk Biaya Kampanye

Ide ini muncul saat timses Trump muak dengan sedotan kertas

shop.donaldjtrump.com

Washington DC, IDN Times - Jelang Pilpres Amerika Serikat 2020, kandidat dari masing-masing partai mulai gencar mengumpulkan dana kampanye. Ketika dunia sedang berusaha keras mempromosikan pengurangan konsumsi plastik, tim sukses Donald Trump justru menggunakan material tak ramah lingkungan ini untuk membiayai operasional kampanyenya.

Manajer kampanye capres petahana dari Partai Republik tersebut, Brad Parscale, menyampaikan informasi melalui akun Twitter pribadinya tentang penjualan sedotan plastik Trump berwarna merah.

Ide ini sendiri berjalan sukses. Dilansir The Guardian, Parscale mengungkapkan, pihaknya sanggup mengantongi sekitar Rp6,4 miliar dalam seminggu dari penjualan sedotan plastik itu.

Baca Juga: Pertunjukan Rasis Terbaru dari Donald Trump dan Para Pendukungnya

1. Tim kampanye Trump mengklaim sedotan plastik itu bisa didaur ulang

Dalam cuitannya, Parscale menggunakan slogan "Make Straws Great Again" yang mirip dengan slogan kampanye Donald Trump pada Pilpres 2016. Dari deskripsi yang dipakai di situs resmi penjualan, tim kampanye Trump sepertinya hendak menyerang kelompok masyarakat yang mencoba menggemakan bahaya sedotan plastik bagi lingkungan, sehingga menjadikan sedotan kertas sebagai pengganti.

"Sedotan kertas liberal tidak bisa dipakai. BERDIRI BERSAMA PRESIDEN TRUMP dan belilah satu paket sedotan yang bisa didaur ulang hari ini," begitu bunyinya. Satu paket sedotan yang diklaim bisa didaur ulang itu berisi 10 buah dan dihargai Rp210 ribu belum termasuk ongkos kirim. Dalam keterangan produk, disebutkan sedotan plastik itu dibuat di Amerika Serikat.

Baca Juga: Pria Ini Temukan Sampah Plastik di Titik Terdalam Samudera Pasifik

2. Aktivis lingkungan tak percaya klaim tersebut

shop.donaldjtrump.com

Klaim bahwa sedotan plastik Trump bisa didaur ulang dianggap kebohongan oleh aktivis lingkungan hidup dari Lonely Whale. Sedotan Trump tidak bisa didaur ulang," kata Dune Ives, Direktur Eksekutif Lonely Whale kepada PEOPLE.

"Tidak ada sedotan plastik yang bisa didaur ulang. Sedotan plastik terlalu ringan untuk lolos fasilitas penyortiran," tambahnya.

"Semua plastik, jika Anda ingin menganggapnya bisa didaur ulang, harus memiliki manfaat tepat guna di akhir pemakaian. Jenis plastik dari sedotan biasanya tidak punya peminat yang ingin membelinya, jadi kita bisa menduga sedotan-sedotan itu akan berakhir di tempat penimbunan sampah," tegasnya.

3. Harga sedotan plastik Trump jauh lebih mahal dari yang ada di pasaran

ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque

Harga yang dipatok oleh tim kampanye Trump itu terlalu tinggi jika dibandingkan dengan sedotan plastik lainnya di pasaran Amerika Serikat.

"Sedotan Trump itu sejenis sampah. Harga sampah itu sangat mahal, tapi tetap saja itu sampah," ucap Ives.

Di e-bay, sebuah marketplace ternama di Amerika Serikat, 100 buah sedotan plastik dijual seharga Rp79 ribu tanpa ongkos kirim. Sedangkan di marketplace lainnya yang tak kalah populer, Amazon, 200 buah sedotan plastik dijual seharga Rp125 ribu belum termasuk ongkos kirim.

4. Ide menjual sedotan plastik datang dari pengalaman pribadi Parscale

Menurut laporan Politico, awal mula munculnya gagasan menjual sedotan plastik berwarna merah dengan tulisan TRUMP itu adalah dari pengalaman pribadi Parscale. 

"Brad Parscale baru saja memasuki penerbangan Jet Blue pada awal bulan ini ketika sedotan plastik yang sedang ia pakai sobek separuh," tulis Politico.

"Sembari menjaga agar es tehnya tidak menumpahi setelannya, manajer kampanye Trump yang kesal itu mencuitkan bahwa 'dia sudah muak dengan sedotan kertas'. Ia kemudian mengirim email kepada stafnya dari udara dengan sebuah ide: mari jual sedotan plastik Trump," demikian ditulis Politico.

Politico mengungkapkan bahwa begitu Parscale mendarat di Florida, sedotan presiden sudah siap diproduksi dan sebuah kampanye iklan sedang digodok. Dalam beberapa jam setelahnya, sedotan plastik yang diproduksi pada gelombang pertama terjual habis.

Baca Juga: [INFOGRAFIS] "Spesies" Laut Baru Bernama Sampah Plastik

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya