TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Setengah Abad Penembakan Martin Luther King Jr. dan Perjuangan Melawan Rasisme

Hari ini, 50 tahun lalu, MLK dibunuh karena menyuarakan kesetaraan.

AFP/Jewel Samad

Montgomery, IDN Times - "Aku memiliki sebuah mimpi, suatu hari nanti bangsa ini akan bangkit, menghidupkan arti sebenarnya dari tujuannya: Kami meyakini kebenaran ini, bahwa semua manusia diciptakan sejajar," kata Martin Luther King Jr. dalam pidato "I Have A Dream" pada 1963.

Laki-laki yang dikenal juga dengan MLK tersebut merupakan aktivis kulit hitam dan hak sipil Amerika Serikat yang sangat legendaris. Hari ini, 50 tahun yang lalu, MLK meregang nyawa usai ditembak oleh seorang penembak jitu. Sempat dilarikan ke rumah sakit, MLK akhirnya mengembuskan nafas terakhir pada usia 39 tahun.

MLK sendiri ditembak hanya sehari setelah melakukan orasi di Memphis.  Dalam orasi terakhirnya pada 3 April 1968, ia kembali menuntut kesetaraan terhadap warga kulit putih.  Selain tanggal kematiannya, sejak 1983, ulang tahunnya yang jatuh pada 15 Januari juga selalu diperingati oleh warga Negeri Paman Sam.

Baca juga: Aksi Rasisme di AS Meningkat Sejak Kemenangan Trump

1. Ia pernah disebut sebagai tokoh ekstremis

AFP/Jason Redmond

Namun, sebelum MLK mencapai status pahlawan di Amerika Serikat, ia pernah disebut sebagai tokoh ekstremis oleh pemerintah.

Pada 1963, MLK berhasil mengajak ratusan ribu orang untuk berkumpul di National Mall, Washington DC, dan di situlah ia menyampaikan pidato legendaris berjudul "I Have A Dream".

Ketika itu, apa yang dianggap hari bersejarah oleh warga kulit hitam di abad 20 adalah sesuatu yang "haram" bagi warga kulit putih yang merupakan mayoritas. 

Dikutip dari TIME, tak sedikit anggota Kongres yang menilai peristiwa itu berpotensi melahirkan gerakan anti-pemerintah. Kepolisian setempat hingga FBI dikerahkan untuk memonitor situasi saat itu.

AFP/Robyn Beck

Bahkan, dalam sebuah laporan, FBI mendeskripsikan MLK sebagai "demagog" dan "paling berbahaya...untuk bangsa...dari sudut pandang...keamanan nasional". Jaksa Agung saat itu, Robert Kennedy, memerintahkan agar rumah, markas, kantor dan hotel yang ditinggali MLK dan rekan-rekannya diawasi.

2. MLK percaya pada kekuatan kampanye massal untuk mengubah keadaan

AFP/Jason Connolly

Laki-laki yang tewas dibunuh pada 4 April 1968 tersebut mendapatkan popularitas sebagai pemimpin keagamaan dari gerakan hak sipil Southern Christian Leadership Conference (SLCC) pada 1950-an.

Seperti dicatat oleh History.com, momentum warga kulit hitam untuk memperjuangkan hak-hak mereka diraih melalui kampanye terorganisir, salah satunya dikoordinasi oleh MLK. Meski mereka sering bentrok secara fisik dengan polisi, tapi apa yang mereka suarakan pelan-pelan mendapatkan perhatian luas.

3. Karena memperjuangkan apa yang diyakininya, MLK rela dipenjara

AFP/Joshua Lott

Sebuah harga yang harus dibayar oleh advokat hak sipil yang kala itu dianggap membelot rupanya tidak murah. Pada 16 April 1963, MLK dipenjara di Alabama usai memimpin demonstrasi ketika Jumat Agung. Itu adalah penangkapan ke-13 yang dialami MLK sepanjang hidupnya.

Dalam demonstrasi itu MLK dan para aktivis lainnya menyuarakan perlakuan brutal dan rasis yang dirasakan oleh warga kulit hitam. Ia dan aktivis lain dipenjara karena tak mempedulikan perintah kepolisian yang melarang mereka berkumpul dan melakukan protes. Itu terpaksa dilakukannya karena MLK melihat bahwa tidak ada perkembangan berarti bila mereka tak melakukan aksi langsung.

4. Melalui sebuah surat, MLK mengkritik orang-orang yang hanya bersikap pasif terhadap ketidakadilan

AFP/Jewel Samad

Saat dipenjara itu ada yang menyelundupkan sebuah surat kabar untuk MLK. Sejumlah pemimpin agama Kristen dan Yahudi mengkritik apa yang dilakukan MLK dan rekan-rekannya. Mereka disebut sebagai penghasut. Ia pun merespons tudingan dan kritikan tersebut dari dalam sel.

Melalui surat, ia membalas orang-orang tersebut dengan mengkritik bahwa di kala ia dan rekan-rekannya berjuang mati-matian untuk mendapatkan kesetaraan, mereka justru duduk diam saja. MLK merespons anggapan mereka bahwa waktu akan membereskan segala persoalan, termasuk ketidakadilan.

MLK mengutip salah satu tokoh idolanya, Earl Warren, bahwa "keadilan yang terlalu lama tertunda adalah keadilan yang tidak diwujudkan". Ia juga mengatakan bahwa tempat kelahirannya—yaitu Atlanta—tidak menjadikan perjuangannya untuk segregasi di Alabama tidak sah.

MLK mengaku "tidak bisa duduk santai" di Atlanta sementara saudara-saudaranya sesama kulit hitam di Alabama menjadi target rasisme. Menurutnya, ketidakadilan di manapun adalah sebuah ancaman untuk keadilan di semua tempat.

Baca juga: Gara-gara Bentrok SARA, Pencarian kata "Rasisme" Meningkat

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya