TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Negosiasi dengan Trump Gagal, Kim Jong-un Eksekusi Pejabatnya

Informasi oleh koran Korea Selatan dan belum terverifikasi

ANTARA FOTO/KCNA via REUTERS

Seoul, IDN Times - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dikabarkan memerintahkan eksekusi terhadap seorang pejabatnya setelah negosiasi dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump gagal.

Menurut koran Korea Selatan Chosun Ilbo, Kim Hyok-chol yang menjadi utusan Kim untuk bertemu urusan tersebut dieksekusi pada Maret lalu bersama dengan sejumlah pejabat Kementerian Luar Negeri.

Informasi ini sendiri belum terverifikasi dan diklaim datang dari sumber orang dalam di Korea Utara. Pemerintah Korea Utara masih tutup mulut, sedangkan Korea Selatan menolak berkomentar karena belum ada hasil verifikasi.

Baca Juga: [Linimasa Pertama] Pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-un di Vietnam

1. Kim Yong-chol dihukum kerja paksa

ANTARA FOTO/REUTERS/Shamil Zhumatov

Koran itu juga menyebut Kim menjatuhkan hukuman kepada Kim Yong-chol. Ia adalah seorang pejabat senior yang berhubungan langsung dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo untuk mengurus penyelenggaraan pertemuan antara Kim dan Trump di Singapura dan Vietnam.

Hukuman tersebut adalah kerja paksa dan apa yang disebut sebagai "pendidikan ideologis". Ia saat ini dilaporkan menjalani hukuman tersebut di Provinsi Jagang yang berada di dekat perbatasan antara Korea Utara dan Cina.

2. Kim Hyok-chol dieksekusi di sebuah bandara

ANTARA FOTO/REUTERS/Shamil Zhumatov

Dalam pemberitaannya, Chosun Ilbo menyebut Kim Hyok-chol dieksekusi di Bandara Mirim, Pyongyang. Ia dan empat pejabat tinggi Kementerian Luar Negeri ditembak mati oleh algojo Korea Utara setelah didakwa menjadi mata-mata Amerika Serikat dan gagal memberikan laporan yang memadai tentang proses negosiasi.

Sementara itu, seorang diplomat yang identitasnya disembunyikan mengatakan kepada Reuters bahwa tanda-tanda Kim dan pejabat-pejabat Kementerian Luar Negeri akan dihukum karena dinilai bertanggung jawab atas kegagalan negosiasi dengan Trump sudah ada sejak beberapa waktu lalu.

3. Seorang pakar politik Korea Utara meragukan pemberitaan ini

ANTARA FOTO/KCNA via REUTERS

Di tengah spekulasi mengenai apakah eksekusi dan hukuman tersebut benar-benar terjadi, pakar politik Korea Utara dari Institute for Far Eastern Studies di Kangnam University, Kim Dong-yub, mengaku ragu dengan pemberitaan tersebut. Menurutnya, jika Korea Utara melakukannya, maka secara domestik ini akan dipandang merugikan.

Ini tak lain karena media Korea Utara telah menggaungkan pertemuan dengan Trump akan berhasil. "Ini akan berarti bahwa Kim Jong-un sedang mengakui kegagalannya sendiri," kata sang pakar kepada Bloomberg. Ia menambahkan, ini bisa "mencederai otoritas Kim terhadap kepemimpinannya sendiri" dan merupakan "suatu risiko yang hampir tak mungkin ia ambil".

Entah berkaitan atau tidak, media Korea Utara Rodong Sinmun mengingatkan pada Kamis (30/5) bahwa beberapa pejabat "bermuka dua" akan menghadapi "penghakiman revolusi yang serius". Media itu juga menyebut "ada pengkhianat yang hanya menghafal kalimat setia kepada Pemimpin dan kemudian berubah mengikuti tren waktu".

4. Baik Kim Hyok-chol maupun Kim Yong-chol sempat digadang-gadang akan semakin populer

ANTARA FOTO/Sputnik/Alexei Nikolsky/Kremlin via REUTERS

Reuters sendiri melaporkan pada April lalu bahwa seorang pejabat Korea Selatan menginformasikan Kim Yong-chol sudah dicopot dari posisi pentingnya di Partai Pekerja Korea yang merupakan penguasa di Korea Utara. Sedangkan Kim Hyok-chol sudah hilang dari pemberitaan media negara tersebut sejak beberapa waktu terakhir.

Padahal, keduanya sempat diprediksi akan menjadi bintang jika sang diktator puas dengan hasil negosiasi antara Korea Utara dan Amerika Serikat di Hanoi. Walau begitu, Michael Madden, pakar politik Korea Utara di Stimson Centre, menilai Kim Hyok-chol bukan orang yang tepat untuk posisi tersebut.

"Ini adalah seorang laki-laki yang mungkin memberikan beberapa saran taktis kepada pemimpinnya, tapi justru ditunjuk menjadi pembawa pesan dengan sedikit kemampuan negosisasi atau pembuatan kebijakan," ujarnya.

Baca Juga: [Linimasa Kedua] Trump dan Kim Jong-un Gagal Capai Kesepakatan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya