TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pelajaran dari Diamond Princess dalam Hadapi Wabah di Kapal Pesiar

Diamond Princess dan Jepang dikritik gagal respons COVID-19

Kapal pesiar Diamond Princess berlabuh di pelabuhan Yokohama, Jepang, pada 5 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Kyung-Hoon

Tokyo, IDN Times - Terjebaknya Diamond Princess di tengah penyebaran virus corona baru atau COVID-19, menimbulkan pertanyaan mengenai seperti apa seharusnya penanganan wabah di atas kapal pesiar yang ditumpangi ribuan orang dari berbagai negara.

Beberapa hari setelah kapal pesiar Diamond Princess pertama kali bersandar dan kemudian berstatus karantina di Pelabuhan Yokohama, muncul tudingan bahwa keputusan Pemerintah Jepang dan operator kapal adalah sesuatu yang keliru. Kini dengan munculnya kasus COVID-19 di Grand Princess, publik kembali bertanya soal kesiapan pencegahan dan pengendalian wabah di kapal pesiar.

Baca Juga: Satu ABK Diamond Princess dari Jepang Dimasukan ke Ruang Isolasi

1. Diamond Princess telat dalam memberikan respons

Sebuah bus tiba dekat kapal pesiar Diamond Princess di mana ratusan penumpang dinyatakan postitif terjangkit virus corona, di Terminal Dermaga Pesiar Daikoku di Yokohama, Tokyo bagian selatan, Jepang, pada 16 Februari 2020. (ANTARA FOTO/REUTERS/Athit Perawongmetha)

The New York Times mengungkapkan, pemberitahuan soal adanya penumpang Diamond Princess yang meninggal karena COVID-19 disampaikan oleh perwakilan kapal pesiar pada 1 Februari 2020, setelah menerima pesan dari otoritas kesehatan Hong Kong.

Akan tetapi, Grant Tarling selaku dokter Diamond Princess yang bertanggung jawab merespons jika ada wabah di atas kapal, mengaku baru mengetahuinya keesokan hari lewat media sosial. Tarling bahkan berada di California sepanjang Diamond Princess dikarantina.

Operator kapal hanya melakukan tindak pencegahan level rendah meski telah diingatkan oleh Hong Kong. Diamond Princess berasumsi situasi tidak berbahaya mengingat penumpang yang meninggal sudah turun dari kapal.

"Tak ada gunanya membersihkan kapal saat kita tak tahu pasti apa, jika ada, risiko di atas kapal," kata Tarling.

Ia pun mengaku tak tahu situasi di atas kapal sebenarnya. Padahal, para kru tetap bekerja seperti biasa dengan menggunakan perlengkapan proteksi ala kadarnya. Mereka mengirimkan makanan memakai sarung tangan yang sama kepada para tamu. Prasmanan dan makan malam bersama masih digelar, salah satunya saat Hari Valentine.

2. Pemerintah Jepang juga tak lepas dari kritik

Seorang wanita menggunakan masker pelindung wajah, setelah mewabahnya COVID-19 berjalan melewati spanduk menyambut Olimpade Tokyo 2020 di depan gedung Pemerintah Kota Tokyo di Tokyo, Jepang, pada 6 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Athit Perawongmetha

Ketika petugas kesehatan Jepang menginspeksi kapal, mereka juga dinilai tidak menganggap COVID-19 sebagai sesuatu yang serius. Alih-alih melakukan tes kemudian evakuasi penumpang, Jepang meminta karantina dilakukan di atas kapal. Di saat bersamaan, pertunjukan opera dan berbagai permainan masih diselenggarakan yang meningkatkan risiko penyebaran virus.

Pemerintah Jepang sempat mengungkapkan alasan mengapa karantina dilakukan di atas kapal yakni karena takut jika ribuan orang itu turun, maka virus akan menyebar ke masyarakat sekitar. The Daily Beast menilai, Jepang khawatir jika itu terjadi maka dampaknya buruk bagi pariwisata dan persiapan Olimpiade Tokyo pada musim panas ini.

Dr. Norio Ohmagari, Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Jepang, akhirnya mengakui bahwa karantina di atas kapal menambah potensi infeksi di antara para penumpang dan kru. Dalam wawancara dengan CNN, ia berkata, kegagalan mengisolasi kru kapal berakibat buruk.

Sejumlah kru dari Indonesia membenarkan mereka masih tetap bekerja ketika tes dan karantina berlangsung.

"Kami menduga beberapa staf kapal pesiar mungkin sudah terinfeksi, tapi mereka tetap harus mengoperasikan kapal pesiar itu sendiri. Mereka harus bertemu penumpang. Mereka harus mengirimkan makanan," kata Ohmagari.

Kru dari Jepang yang disembunyikan identitasnya mengatakan hal yang sama. "Anggota kru tak membatasi pergerakan mereka dan berinteraksi dengan penumpang yang sudah dinyatakan positif terinfeksi virus," kata dia kepada The Japan Times.

"Selain memakai masker wajah, langkah pencegahan diserahkan kepada kru langsung."

Baca Juga: 9 ABK Diamond Princess Akan Jalani Karantina di Cikarang

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya