Putra Mahkota Arab Saudi Janjikan Negara Islam yang Terbuka
Arab Saudi selama ini dikenal sebagai penganut Islam garis keras
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Arab Saudi telah sejak lama dikenal sebagai negara yang punya catatan buruk terkait pelanggaran HAM. Misalnya, seorang aktivis bernama Waleed Abu al-Khair harus mendekam selama 15 tahun di penjara karena mengritik pemerintah.
Begitu juga dengan jurnalis bernama Alaa Brinji yang dihukum lima tahun penjara setelah mengunggah cuitan berisi kritikan terhadap otoritas keagamaan. Ia juga menuntut pemerintah untuk memberikan hak menyetir kendaraan untuk perempuan - sesuatu yang terwujud baru-baru ini.
Baca Juga: Ini Alasan Utama dari Kunjungan Raja Arab Saudi ke Indonesia
Putra Mahkota Arab Saudi berambisi melakukan reformasi.
Menyadari bahwa dunia terus berubah dan negaranya perlu menampilkan citra yang baik jika ingin terlibat aktif dalam perdagangan internasional, Putra Mahkota Mohammad bin Salman berjanji untuk melakukan perubahan.
Dikutip dari The Guardian, perubahan yang ia maksud adalah mengadopsi kembali Islam moderat. Ia pun meminta dukungan masyarakat global agar Arab Saudi bisa meninggalkan kebijakan Islam garis keras yang selama 30 tahun dijunjung tinggi.
Menurut Mohammad bin Salman, apa yang terjadi di Arab Saudi selama beberapa dekade terakhir adalah hasil dari doktrin ketat untuk merespon revolusi Iran yang terjadi pada 1979. Ia menyebut para pemimpin berikutnya tak tahu cara menyikapi peristiwa tersebut.
"Apa yang terjadi dalam 30 tahun terakhir bukanlah Arab Saudi. Apa yang terjadi di regional selama 30 tahun terakhir bukanlah Timur Tengah. Usai Revolusi Iran pada 1979, orang-orang ingin menjiplak model itu di berbagai negara, salah satunya Arab Saudi. Kami tak tahu caranya. Dan masalah pun menyebar ke seluruh dunia. Sekarang saat untuk menghilangkannya," ujarnya.
Baca juga: Setelah Bikini dan Nonton Bola, Wanita Arab Saudi Kini Boleh Menyetir Mobil