TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rasisme kepada Orang Asia Meningkat Akibat Virus Corona

Prasangka orang Asia pasti terinfeksi virus corona meluas

Petugas medis dengan pakaian pelindung menerima pasien di Pusat Konferensi dan Pameran Internasional Wuhan, yang diubah menjadi rumah sakit sementara bagi pasien dengan gejala ringan akibat virus corona, di Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok, pada 5 Februari 2020. ANTARA FOTO/China Daily via REUTERS

Beijing, IDN Times - Wabah virus corona jenis baru yang bermula muncul di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, menimbulkan persoalan lain. Warga Asia atau keturunan Asia di sejumlah negara menjadi target rasisme dan xenofobia. Ini terjadi terutama kepada orang-orang Tiongkok.

Misalnya, dalam dilaporkan The Japan Times, asosiasi pertukaran kebudayaan internasional di kota Shimada membatalkan agenda bersama warga Tiongkok, dengan alasan "khawatir terhadap penyebaran virus".

Pemerintah Tiongkok menginformasikan per Selasa (11/2) total pasien yang meninggal akibat virus corona mencapai 1.016 jiwa. Total kasus di seluruh dunia dalam periode yang sama sebanyak 42.638. Angka-angka ini lebih besar dibandingkan ketika wabah Sindrom Pernafasan Akut Berat (SARS) terjadi pada 2003.

Baca Juga: Kemlu Pulangkan Lagi WNI dari Tiongkok di Tengah Wabah Virus Corona 

1. Kampus di Hungaria melarang mahasiswa Tiongkok masuk kelas

Penumpang kapal pesiar World Dream pergi dengan bus setelah masa karantina atas penularan virus corona baru berakhir di Kai Tak Cruise Terminal di Hong Kong, pada 9 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu

Media Hungaria, Napi.hu, melaporkan pada awal Februari lalu Universitas Teknologi dan Ekonomi Budapest mengeluarkan surat edaran berbahasa Inggris, kepada mahasiswa dari Tiongkok.

Surat tersebut berisi larangan kepada mereka masuk kelas sampai 16 Februari. Tidak peduli, apakah mereka baru kembali dari Tiongkok atau tidak. Salah satu mahasiswa secara terbuka menilai keputusan kampus rasis.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menekankan kasus corona bisa menimbulkan kesalahpahaman yang berlanjut menjadi kepanikan sia-sia. Karena itu, WHO mengimbau agar pekerja medis, pemerintah, dan berbagai organisasi terkait, menyampaikan informasi akurat tanpa melakukan langkah berlebihan.

2. Dari Eropa Hingga Asia, rasisme terpampang nyata

Petugas medis dengan pakaian pelindung menerima pasien di Pusat Konferensi dan Pameran Internasional Wuhan, yang diubah menjadi rumah sakit sementara bagi pasien dengan gejala ringan akibat virus corona, di Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok, pada 5 Februari 2020. ANTARA FOTO/China Daily via REUTERS

The New York Times juga mendokumentasikan sejumlah aksi rasis terhadap warga Asia di Prancis. Bahkan, tak tanggung-tanggung, koran Prancis Courrier Picard mempublikasikan tajuk utama yang sarat stereotip terhadap orang Asia Timur, dan meminta pembaca mewaspadai mereka agar tak tertular virus corona.

Di Hong Kong, Korea Selatan, dan Vietnam, pemilik usaha memasang tanda bertuliskan "pelanggan dari Tiongkok daratan dilarang masuk". Di Singapura, puluhan ribu warga menandatangani petisi yang meminta pemerintah tak mengizinkan warga Tiongkok masuk negara itu. Di Jepang, tagar #OrangTiongkokJanganDatangkeJepang juga sempat menjadi trending topic.

Sementara, Bloomberg mencatat adanya laporan rasisme terhadap sopir taksi online asal Amerika Serikat, Uber. Seorang sopir keturunan Asia mengaku satu pelanggan sempat membatalkan pesanan, setelah melihat fotonya yang terpasang di aplikasi. 

Uber mengaku punya kebijakan anti-diskriminasi dan berjanji menghapus akun sopir maupun pelanggan dari sistem, jika ditemukan adanya pelanggaran. Namun, Uber menolak berkomentar terhadap kasus-kasus individual dan tak bersedia mengungkap berapa kasus rasisme yang pernah dilaporkan.

Baca Juga: Erick Thohir: Karena Corona, Indonesia Maju 2045 Bakal Cuma Mimpi Saja

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya