TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tempat-Tempat ‘Tak Lazim’ untuk Suarakan Konflik Israel-Palestina 

Dari stadion bola hingga panggung musik jadi ajang aktivisme

instagram.com/madonna

Tel Aviv, IDN Times - Bagi musisi internasional, tampil atau tidak tampil di Israel adalah sesuatu yang cukup berisiko. Sebut saja penyanyi asal Selandia Baru, Lorde, yang pada musim panas tahun lalu semestinya melakoni konser di Tel Aviv. Ini melahirkan protes dari banyak kalangan, tak terkecuali para penggemarnya di Negeri Kiwi.

Penyanyi yang terkenal dengan lagu "Royals" tersebut akhirnya membatalkan konsernya. Keputuskan ini pun berakhir dengan kontroversi. Pengadilan Israel menuntut penggemar Lorde yang menulis surat kepadanya untuk mengurungkan konser itu denda sebesar USD 11.700 atau sekitar Rp169 juta atas kerugian artistik yang diakibatkan.

Baca Juga: Menlu Retno: Pemukiman Ilegal Israel di Palestina Harus Dihentikan

1. Madonna baru saja menciptakan kontroversinya sendiri di Tel Aviv

Jika Lorde pilih membatalkan konsernya di Israel, lain halnya dengan megabintang Madonna. Pada Sabtu malam (18/5), perempuan 60 tahun tersebut tampil di acara kontes menyanyi Eurovision yang digelar di Tel Aviv. Ia tak hanya membawakan lagu hitsnya seperti Like A Prayer, tapi juga menyampaikan pesan politik.

Berduet dengan rapper Amerika Serikat, Quavo, Madonna menyanyikan lagu barunya yang berjudul "Future". Di bagian akhir, dua penari muncul dengan masing-masing memakai bendera Israel dan Palestina pada bagian belakang baju mereka. Aksi ini ditambah dramatis ketika mendengar lirik lagunya:

"Not everyone is coming to the future / Not everyone is learning from the past… Come give hope / Come give life / Only get one, so we gotta live it right… Come make peace."

Intinya adalah bahwa hidup hanya sekali sehingga sekarang saatnya menjalaninya dengan benar dengan menciptakan perdamaian. Madonna dan Quavo pun mengakhiri penampilan dengan menghilang di bagian belakang panggung. Setelahnya, muncul tulisan "Wake Up" di layar yang berarti "Bangun".

2. Grup BDS Spanyol memprotes diundangnya rapper Yahudi ke sebuah festival musik

instagram.com/matisyahu

Menteri Kebudayaan Israel Miri Regev pun bersuara usai Madonna tampil. Dilansir dari The Guardian, ia mengkritik dikibarkannya bendera Palestina di ajang Eurovision. "Itu adalah sebuah kesalahan. Politik dan acara budaya tak seharusnya dicampur-campur, dengan segala hormat kepada Madonna," ucapnya.

Sementara itu, pada 2015, seorang musisi Yahudi asal Israel bernama Matisyahu pernah batal tampil di Festival Rototom SunSplash, Spanyol. Panitia menghapus namanya dari daftar bintang tamu atas desakan kelompok Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) yang pro-Palestina.

Ini karena mereka menilai Matisyahu sebagai orang yang mendukung pendudukan Israel di Palestina. Matisyahu sendiri menolak menegaskan posisinya dalam konflik ini kepada panitia.

Namun, tak lama kemudian, Rototom SunSplash menganulir keputusan tersebut dan akhirnya Matisyahu tetap tampil. Saat di atas panggung, ia tak bisa menghindar dari pemandangan sekelompok orang di barisan penonton yang mengibarkan bendera Palestina.

3. Pendukung Celtic juga turut menyuarakan soal konflik Israel-Palestina

Penggemar sepak bola tak ketinggalan menunjukkan dukungan mereka terhadap Palestina. Contohnya adalah fans klub Skotlandia, Celtic, ketika menghadapi tim Israel, Hapoel Be'er Sheva ketika melakoni babak kualifikasi Liga Champions pada 17 Agustus 2016.

Beberapa waktu sebelum pengumuman bahwa mereka akan menjamu Hapoel di Parkhead, sejumlah anggota Green Brigade berniat menjadikan pertandingan itu sebagai ajang protes damai. Hasilnya adalah sekitar 100 suporter mengibarkan bendera Palestina. Salah satu politisi top Israel Michael Oren mengatakan kepada Herald Scotland bahwa aksi itu "menyedihkan".

Badan sepak bola Eropa sendiri punya aturan soal ini. Mereka melarang "gestur, kalimat, benda, atau hal apapun yang bisa menjadi penyalur pesan yang tak tepat untuk sebuah acara olahraga, khususnya pesan yang bersifat politis, ideologis, relijious, menyinggung atau provokatif".

Karena regulasi tersebut UEFA pun menjatuhkan denda kepada Celtic sebesar kurang lebih Rp158 juta. Sedangkan para fans yang mengibarkan bendera Palestina dikenai denda sebesar Rp161 juta.

Itu bukan kali pertama Celtic dihukum. Pada 2014, fans Celtic harus membayar Rp294 juta kepada UEFA karena aksi yang sama, namun saat menyambangi KR Reykjavik di Islandia saat kualifikasi Liga Champions.

IDN Times/Sukma Shakti

4. Fans Persis Solo pernah memeragakan koreografi bendera Palestina

Kedekatan emosional dengan Palestina pun dirasakan oleh fans Persis Solo. Saat pertandingan uji coba timnas Indonesia kontra Malaysia di stadion Manahan Solo pada 6 September 2016, ratusan Pasoepati memperlihatkan koreografi bertuliskan "GARUDA" yang kemudian berganti gambar bendera Palestina.

Pasoepati sendiri menolak apa yang terjadi ini dikaitkan dengan politik. Menurut mereka, apa yang ditunjukkan ini adalah soal solidaritas kepada warga Palestina dan sudah semestinya ada dalam sepak bola. Artinya, menyuarakan suatu sikap empati kepada orang-orang yang terpisah jarak ratusan ribu kilometer pun bisa dilakukan dari dalam stadion.

Baca Juga: OKI Akui Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya