Tiongkok Dituduh Selewengkan Teknologi Pengawasan Wabah Virus Corona
Aktivitas masyarakat diintai negara hingga COVID-19 berakhir
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Beijing, IDN Times - Tiongkok menjadi negara yang paling disorot perihal penggunaan teknologi pengawasan massal jauh sebelum wabah virus corona terjadi. Kini, di tengah pandemik, pemerintah Tiongkok menilai semakin ada alasan yang tepat untuk menerapkan teknologi yang terbilang sangat detail tersebut.
Dalam sebuah video, BBC menjelaskan seperti apa teknologi yang dibangun pemerintah selama bertahun-tahun itu terwujud di tengah perang melawan virus corona. Satu yang paling mencolok adalah penggunaan kartu identitas nasional yang wajib dimiliki setiap warga negara. Kartu itu mengungkap semua aktivitas pemilik.
Baca Juga: [UPDATE] COVID-19 Renggut 42.107 Nyawa, Kasus Spanyol Salip Tiongkok
1. Perangkat lunak dipakai tak hanya untuk keperluan kesehatan, tapi juga kontrol bagi aparat
Kartu identitas itu diperlukan untuk banyak sekali kebutuhan sehingga mudah meninggalkan jejak yang bisa dilacak oleh aparat keamanan. Apalagi sejak Desember 2019 pemerintah mewajibkan pemilik telepon genggam baru untuk registrasi pengenalan wajah.
Jadi, informasi dari kartu identitas kini dilengkapi dengan visual pemilik yang kemudian digabungkan dengan pengawasan melalui CCTV yang dipasang di berbagai lokasi. Selama lockdown di sejumlah kota di Tiongkok, pemerintah memakai geo lokasi dari smartphone masing-masing warga untuk mengetahui keberadaan mereka.
Lalu, otoritas mengirimkan peringatan kepada siapa pun yang diketahui berada di luar rumah. Untuk memastikan cara ini berjalan, pemerintah membagikan data tersebut kepada kepolisian yang siap menindak saat ada yang dinilai melanggar. The New York Times menyebut ini adalah strategi pemerintah untuk melakukan kontrol sosial.
Ini karena masyarakat juga harus memasang perangkat lunak di smartphone mereka yang akan menunjukkan tiga kode warna berbeda: hijau, kuning dan merah. Hijau berarti sehat; kuning berarti pemilik smartphone mungkin berada di area yang dikunjungi pembawa virus; merah berarti ia sudah terinfeksi.
Tidak jelas bagaimana klasifikasi itu dilakukan tanpa pengecekan secara langsung kepada penerima notifikasi. Padahal, masing-masing warna berimplikasi kepada apakah mereka boleh beraktivitas normal, harus melakukan isolasi mandiri atau wajib segera ke rumah sakit untuk memeriksakan diri.
Baca Juga: Data Kunjungan Wisman di Tengah COVID-19, Turis Tiongkok Hampir Nihil