TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tiongkok Dituduh Selewengkan Teknologi Pengawasan Wabah Virus Corona

Aktivitas masyarakat diintai negara hingga COVID-19 berakhir

Robot dengan dispenser pembersih tangan mengelilingi komplek perbelanjaan saat wabah virus corona, di Shanghai, Tiongkok, pada 4 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Beijing, IDN Times - Tiongkok menjadi negara yang paling disorot perihal penggunaan teknologi pengawasan massal jauh sebelum wabah virus corona terjadi. Kini, di tengah pandemik, pemerintah Tiongkok menilai semakin ada alasan yang tepat untuk menerapkan teknologi yang terbilang sangat detail tersebut.

Dalam sebuah video, BBC menjelaskan seperti apa teknologi yang dibangun pemerintah selama bertahun-tahun itu terwujud di tengah perang melawan virus corona. Satu yang paling mencolok adalah penggunaan kartu identitas nasional yang wajib dimiliki setiap warga negara. Kartu itu mengungkap semua aktivitas pemilik.

Baca Juga: [UPDATE] COVID-19 Renggut 42.107 Nyawa, Kasus Spanyol Salip Tiongkok

1. Perangkat lunak dipakai tak hanya untuk keperluan kesehatan, tapi juga kontrol bagi aparat

Polisi paramiliter menggunakan masker dan kacamata pelindung wajah menyeberangi jalan saat wabah virus corona di Beijing, Tiongkok, pada 1 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter

Kartu identitas itu diperlukan untuk banyak sekali kebutuhan sehingga mudah meninggalkan jejak yang bisa dilacak oleh aparat keamanan. Apalagi sejak Desember 2019 pemerintah mewajibkan pemilik telepon genggam baru untuk registrasi pengenalan wajah.

Jadi, informasi dari kartu identitas kini dilengkapi dengan visual pemilik yang kemudian digabungkan dengan pengawasan melalui CCTV yang dipasang di berbagai lokasi. Selama lockdown di sejumlah kota di Tiongkok, pemerintah memakai geo lokasi dari smartphone masing-masing warga untuk mengetahui keberadaan mereka.

Lalu, otoritas mengirimkan peringatan kepada siapa pun yang diketahui berada di luar rumah. Untuk memastikan cara ini berjalan, pemerintah membagikan data tersebut kepada kepolisian yang siap menindak saat ada yang dinilai melanggar. The New York Times menyebut ini adalah strategi pemerintah untuk melakukan kontrol sosial.

Ini karena masyarakat juga harus memasang perangkat lunak di smartphone mereka yang akan menunjukkan tiga kode warna berbeda: hijau, kuning dan merah. Hijau berarti sehat; kuning berarti pemilik smartphone mungkin berada di area yang dikunjungi pembawa virus; merah berarti ia sudah terinfeksi.

Tidak jelas bagaimana klasifikasi itu dilakukan tanpa pengecekan secara langsung kepada penerima notifikasi. Padahal, masing-masing warna berimplikasi kepada apakah mereka boleh beraktivitas normal, harus melakukan isolasi mandiri atau wajib segera ke rumah sakit untuk memeriksakan diri.

2. Warga mulai resah dengan semakin jelasnya sistem pengawasan di tengah mereka

Robot dengan dispenser pembersih tangan mengelilingi komplek perbelanjaan saat wabah virus corona, di Shanghai, Tiongkok, pada 4 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Teknologi pengenalan wajah juga dipakai pemerintah untuk mendeteksi suhu di keramaian. Strategi yang sama pun digunakan untuk memperingatkan setiap individu yang tidak memakai masker pelindung ketika berada di luar ruangan. Di saat bersamaan, aplikasi khusus dipakai untuk memperingatkan warga jika mereka berada di dekat orang yang berpotensi atau sudah positif COVID-19.

Baik perusahaan pembuat aplikasi maupun pemerintah masih menolak bagaimana mereka mengategorikan masing-masing orang. Warga pun mulai menyuarakan kekhawatiran bahwa pemerintah telah mencampur-aduk masalah kesehatan dengan isu keamanan. Hasilnya, wabah dipakai untuk menjustifikasi pelanggaran privasi.

"Saya tak tahu apa yang akan terjadi ketika wabah berakhir. Saya tak berani membayangkannya," kata seorang karyawan di Shanghai, Chen Weiyu, kepada The Guardian. "Pengawasan sudah ada di mana-mana. Epidemi baru saja membuat pengawasan itu, yang tak biasanya kita lihat di waktu normal, kian nyata," imbuhnya.

Baca Juga: Data Kunjungan Wisman di Tengah COVID-19, Turis Tiongkok Hampir Nihil

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya