TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tiongkok Pasang Aplikasi Pengintai dalam Handphone Turis Asing 

Aplikasi dipasang di perbatasan Kyrgyzstan dan Xinjiang

ANTARA FOTO/Kyodo via REUTERS

Beijing, IDN Times - Pemerintah Tiongkok memasang aplikasi pengintai berteknologi tinggi dalam handphone turis asing yang akan masuk ke Provinsi Xinjiang. Temuan ini didapat oleh sejumlah media besar internasional seperti New York Times dan The Guardian pada Selasa (2/7).

Menurut laporan, Beijing memerintahkan para petugas perbatasan antara Xinjiang dan Kyrgyztan untuk diam-diam menginstal aplikasi tersebut. Setiap wisatawan luar negeri yang akan memasuki Xinjiang diwajibkan menyerahkan handphone mereka. Di saat itulah aplikasi itu dipasang.

Baca Juga: Muslim Uighur di Xinjiang Sulit Salat 5 Waktu

Baca Juga: Siapa Uighur dan Mengapa Tiongkok Diduga Mendiskriminasi Mereka?

1. Tiongkok berdalih perlu memberantas ekstremisme Islam di Xinjiang

IDN Times/Uni Lubis

Xinjiang merupakan kawasan sensitif di mata Tiongkok. Beberapa bulan lalu, laporan tentang tindak pelanggaran HAM terhadap warga muslim etnis Uighur berupa detensi massal di provinsi tersebut membuat PBB bereaksi. Sedangkan pemerintah Tiongkok membantah telah menahan penduduk muslim Uighur tanpa alasan.

Mereka berdalih tengah berupaya memberantas ekstremisme Islam dan terorisme yang rawan menyusupi kawasan itu. Aplikasi pengintai itu sendiri dipasang ke handphone wisatawan yang masuk ke Xinjiang melalui Asia Barat. Ini karena pemerintah menilai regional itu rentan diinfiltrasi ideologi teroris dari Timur Tengah.

2. Aplikasi itu mampu mengumpulkan informasi personal dan mendeteksi file "berbahaya"

ANTARA FOTO/Kyodo via REUTERS

Berdasarkan investigasi, aplikasi yang diinstal diam-diam tersebut mampu mengumpulkan data personal pemilik handphone. Data-data itu termasuk dalam bentuk pesan teks maupun kontak. Aplikasi itu juga memeriksa perangkat keras untuk mengakses galeri foto, video, rekaman suara, dan dokumen-dokumen lainnya.

New York Times menyebut, pemerintah memiliki lebih dari 73.000 item yang dianggap "berbahaya" dan disimpan dalam kode aplikasi. Beberapa di antaranya adalah publikasi seperti rekaman lagu serta foto eksekusi yang dilakukan ISIS. Item lainnya tidak berhubungan dengan terorisme tapi Tiongkok tidak berkompromi. Misalnya, foto Dalai Lama atau lagu band Jepang bergenre heavy-metal.

3. Ada beberapa tahap untuk memasuki Xinjiang dari Asia Tengah

IDN Times/Uni Lubis

Menurut pemerintah Tiongkok, ada sekitar 100 juta wisatawan domestik dan asing yang mengunjungi kawasan Xinjiang setiap tahun. Salah satu pintu masuk paling populer bagi turis mancanegara adalah dari Irkeshtam, yang berada di perbatasan Kyrgyzstan dan Xinjiang. Dari titik ini, wisatawan harus melalui sejumlah prosedur.

Contohnya, mereka wajib membuka kunci dan menyerahkan handphone serta perangkat lain seperti kamera kepada petugas. Handphone atau kamera itu kemudian dibawa petugas ke ruangan lain dan baru dikembalikan beberapa waktu setelahnya.

Di ruangan itu diduga handphone dipasangi aplikasi pengintai tanpa sepengetahuan pemiliknya. Mayoritas aplikasi sudah dihapus ketika handphone dikembalikan. Namun, beberapa turis masih mendapatinya di dalam handphone mereka.

4. Tidak ada pihak luar yang tahu bagaimana Cina memanfaatkan informasi itu

IDN Times/Uni Lubis

Tak sedikit pengunjung yang bertanya-tanya mengenai prosedur menyerahkan handphone tersebut. Beberapa mengira petugas menginstal pelacak GPS (Global Positioning System) untuk mengetahui keberadaan wisatawan selama di Xinjiang. Temuan terbaru hasil kerja sama dengan Süddeutsche Zeitung, firma sekuriti siber Jerman Cure53 dan Universitas Ruhr, menunjukkan data-data pribadi dalam handphone pengunjung disimpan di dalam sebuah server.

Namun, bagaimana Tiongkok menggunakannya masih menjadi tanda tanya besar bagi pihak eksternal. Tidak ada juga yang tahu berapa lama informasi-informasi tersebut disimpan dalam server. Sedangkan aplikasi itu sendiri dikembangkan oleh sebuah perusahaan yang berafiliasi dengan pemerintah, Fiberhome Networks, dan berbasis di Nanjing.

Baca Juga: PBB Peringatkan Tiongkok Soal Penawanan Muslim Uighur

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya