TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Virus Corona: Angka Tewas Bertambah Jadi 26, Terinfeksi Lebih dari 800

Muncul kekhawatiran warga miskin yang paling terdampak

Polisi paramiliter menggunakan masker saat berjaga di stasiun kereta Shanghai, Tiongkok, pada 22 Januari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Beijing, IDN Times - Jumlah angka tewas akibat virus corona di Tiongkok menjadi 26 orang per Jumat siang (24/1), sedangkan sebanyak 830 individu telah terinfeksi. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan belum diketahui seberapa cepat virus corona jenis baru itu bertransmisi dan belum adanya vaksin untuk menyembuhkan.

Pemerintah Tiongkok pun mengumumkan penutupan lebih dari delapan kota yang diawali di Wuhan sebagai episentrum virus. Ini diikuti di antaranya kota Huanggang, Ezhou, Zhijiang dan Chibi. Dua pasien yang tewas diketahui bertempat tinggal di luar Provinsi Hubei di mana Wuhan berlokasi.

Baca Juga: Menlu Retno: Belum Ada WNI yang Terjangkit Virus Corona

1. Sebanyak 10 kota menghentikan operasi transportasi umum

Anak-anak memakai masker untuk mencegah penularan coronavirus baru di Stasiun Kereta Cepat Hong Kong West Kowloon di Hong Kong, Tiongkok, pada 23 Januari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu

Reuters mengutip pemberitaan media lokal Hubei Daily menyebutkan sekarang ada total 10 kota di Provinsi Hubei yang beberapa transportasi umumnya dihentikan sementara. Misalnya, di Chibi, Xiantao dan Qianjiang, bus umum sudah berhenti beroperasi sama sekali.

Sedangkan di Zhijiang, semua tempat-tempat umum sudah dipaksa untuk tutup, kecuali rumah sakit, pasar sayur dan buah, tempat pengisian bahan bakar, supermarket serta apotek. Di Enshi, lokasi hiburan dalam ruangan seperti kafe dan bioskop juga tidak beroperasi. Artinya, puluhan juta warga tidak bisa beraktivitas normal.

2. Muncul kekhawatiran bahwa warga miskin jadi yang paling terdampak

Rak yang biasa digunakan untuk menjual masker terlihat kosong di sebuah toko di Beijing, Tiongkok, pada 21 Januari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Jason Lee

Pertanyaan terkait kesiagaan otoritas Tiongkok untuk menghadapi penyebaran virus corona jenis baru ini pun muncul. Sejumlah warga di Wuhan berkata kepada The New York Times bahwa dokter tidak tanggap dan mereka harus mengantre berjam-jam di rumah sakit untuk diperiksa.

Dr Guan Yi, seorang profesor penyakit menular di Hong Kong sekaligus pakar Sindrom Pernafasan Akut Berat (SARS), mengkritik otoritas di Wuhan karena terlalu lamban. "Saya merasa sangat tidak berdaya," kata Guan Yi, yang sukses mengidentifikasi virus corona penyebab SARS pada 2002 sampai 2003, kepada majalah Tiongkok Caixin.

Pada Selasa (21/1), ia dan timnya tiba di Wuhan lalu kaget karena saat berada di pasar yang diduga asal virus itu, Guan menemukan pengunjung tak memakai masker. Sementara analisis Foreign Policy menyoroti bagaimana warga miskin di pedesaan Tiongkok akan jadi korban terdampak paling buruk.

Menurut data Biro Statistik Tiongkok per 2017, setidaknya ada 30,4 juta warga miskin di negara itu. Banyak yang tidak memiliki asuransi dan bertempat tinggal jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai. Mereka akan lebih sulit dideteksi meski telah memperlihatkan gejala-gejala terjangkit virus corona.

Baca Juga: Soal Virus Corona, WHO Sebut Belum Perlu Umumkan Darurat Global

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya