Waspada! Kekerasan dalam Rumah Tangga Melonjak Saat Wabah Virus Corona
Efek #DiRumahAja yang harus segera disikapi pemerintah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
New York City, IDN Times - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengingatkan pemerintah di seluruh dunia, untuk memperhatikan salah satu efek dari pembatasan aktivitas di luar rumah guna memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Efek tersebut adalah meningkatnya jumlah kekerasan domestik, ketika keluarga tidak bisa bebas meninggalkan rumah dan banyak fasilitas publik yang berhenti beroperasi di tengah pandemik. "Perdamaian bukan hanya tidak adanya peperangan," cuit Guterres.
"Banyak perempuan yang tinggal dalam lockdown untuk #COVID19 mengalami kekerasan di mana mereka seharusnya merasa paling aman: di dalam rumah mereka sendiri. Hari ini saya menyerukan adanya perdamaian di rumah-rumah seluruh dunia," tulis Guterres.
Ia menambahkan, "saya mendesak seluruh pemerintah untuk memastikan keselamatan perempuan terlebih dulu saat mereka merespons pandemik."
Menurut data John Hopkins University, sampai saat ini total ada lebih dari 1,4 juta kasus COVID-19 di seluruh dunia. Sebanyak lebih dari 82.000 meninggal dunia dan 301.000 dilaporkan sembuh.
Baca Juga: Bikin Ngakak! Sopir Ini Pakai Celana Dalam sebagai Masker Cegah Corona
1. Organisasi anti-kekerasan domestik ungkap ada peningkatan laporan sebesar 25 persen
Sebuah organisasi yang fokus terhadap kasus kekerasan domestik di Amerika Serikat, The National Domestic Abuse, menginformasikan bahwa ada peningkatan laporan sebanyak 25 persen.
Laporan itu dalam bentuk panggilan telepon ke hotline The National Domestic Abuse maupun permintaan secara online sejak sejumlah negara bagian memberlakukan pembatasan bepergian.
The National Domestic Abuse menerima ratusan panggilan lebih banyak pada minggu lalu dibandingkan dua minggu sebelum itu. Seorang korban perempuan mengaku kepada BBC bahwa kekerasan yang dilakukan pasangannya terhadap dirinya sejak lockdown, semakin tidak bisa ditoleransi.
Ia mengalami kekerasan mental dan fisik selama enam bulan dan memburuk beberapa waktu belakangan.
"Kejadiannya buruk. Saya tidak peduli seandainya saya tak bangun seperti malam sebelumnya. Saya tahu bahwa itu akan terjadi lagi keesokan hari. Saya hanya mau hari-hari berlalu," ucapnya.
Baca Juga: [BREAKING] 75 Pasien di Jakarta Sudah Sembuh dari Virus Corona