Buntut Pidato Macron, Negara Arab Ramai-ramai Boikot Produk Prancis
Pidato Macron dianggap mempromosikan Islamofobia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pidato yang disampaikan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, pada awal bulan ini berbuntut panjang. Negara-negara Arab sejak akhir pekan lalu menyerukan agar memboikot semua produk buatan Prancis.
Stasiun berita Al Jazeera, Minggu, 25 Oktober 2020 melaporkan dorongan agar memboikot produk buatan Prancis semula bergema di media sosial dengan tagar #BoycottFrenchProducts dalam Bahasa Inggris dan #NeverTheProphet yang tertulis dalam Bahasa Arab. Tagar itu sempat menjadi tren di beberapa negara seperti Kuwait, Qatar, Palestina, Mesir, Aljazair, Yordania, Arab Saudi dan Turki.
Dorongan di media sosial itu kemudian diwujudkan dalam aksi nyata. Di Kuwait misalnya, ketua dan anggota direksi Al-Naeem Cooperative Society telah memutuskan tak menerima semua produk buatan Prancis. Produk asal Prancis yang sudah tersedia di supermarket kemudian dikeluarkan.
Aksi serupa juga dilakukan oleh pemilik supermarket di Qatar dan Kuwait pada Minggu kemarin. Produk rambut dan kecantikan asal Prancis tak lagi tersedia di rak. Seruan untuk memboikot produk Prancis juga disuarakan oleh LSM Union of Consumer Co-operative Societies. Mereka menilai seruan boikot dilakukan lantaran Prancis sudah kerap menghina Nabi Muhammad.
Aksi boikot ini merupakan respons terhadap kebijakan Pemerintah Prancis yang kerap menyudutkan Islam. Padahal, komunitas Islam di Prancis merupakan yang terbesar di kawasan Eropa Barat.
Apa kata Pemerintah Prancis mengenai seruan boikot produk dari negara mereka?
Baca Juga: Presiden Prancis Enggan Kecam Penerbitan Ulang Kartun Nabi Muhammad
1. Kemlu Prancis menilai seruan boikot produk negara mereka tidak didasari alasan yang jelas
Kementerian Luar Negeri menyadari adanya seruan untuk memboikot produk dari negara mereka. Mereka mendorong agar seruan boikot itu dihentikan.
"Seruan boikot ini tidak didasari alasan yang jelas. Aksi ini sama saja dengan serangan kepada negara kami yang didorong oleh kelompok minoritas radikal," demikian pernyataan tertulis Kemlu Prancis.
Namun, seruan di media sosial masih terjadi dan semakin meluas. Sementara, di negara lain seperti Libya, Gaza dan utara Suriah, terjadi aksi menentang Prancis yang dilakukan oleh sekelompok orang.