Prancis Ingatkan Warganya Agar Hati-hati di Negara Penduduk Muslim
Peringatan juga berlaku bagi warga Prancis yang ada di RI
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pemerintah Prancis meminta kepada warganya yang kini sedang berada di negara dengan penduduk mayoritas Muslim, agar berhati-hati. Mereka khawatir warga Prancis menjadi sasaran kemarahan umat Muslim yang sedang dialamatkan kepada Presiden Emmanuel Macron.
Stasiun berita Channel News Asia, Selasa, 27 Oktober 2020, melaporkan peringatan itu juga berlaku bagi warga Prancis yang sedang berada di Indonesia. Peringatan yang sama juga perlu diperhatikan warga yang tengah bermukim di Turki, Mauritania, Irak, dan Bangladesh.
"Kami rekomendasikan untuk tetap menjaga kewaspadaan, khususnya ketika bepergian dan berhati-hati ke lokasi yang banyak dikunjungi oleh turis atau komunitas ekspatriat," demikian isi pernyataan tertulis Kemlu Prancis di situs resmi mereka.
Apa yang menyebabkan kemarahan umat Muslim di beberapa negara hingga mereka memboikot produk-produk buatan Prancis?
Baca Juga: Indonesia Kecam Pidato Presiden Prancis yang Sudutkan Islam
1. Umat Muslim di dunia tersinggung dengan pidato Presiden Macron
Reaksi yang kini muncul dari umat Muslim di beberapa negara, termasuk Indonesia, karena mereka tersinggung atas pidato yang disampaikan Presiden Macron pada awal Oktober. Ia sempat menyebut Islam merupakan salah satu agama yang tengah mengalami krisis di berbagai negara.
Kemarahan semakin memuncak usai Macron membela warganya bernama Samuel Paty yang dibunuh dengan keji oleh seorang remaja dari etnis Chechnya, Abdoullah Anzorov, pada 16 Oktober 2020. Remaja berusia 18 tahun itu geram karena mendengar Paty yang merupakan guru sejarah menunjukkan karikatur Nabi Muhammad di dalam kelas.
Alih-alih memberi penjelasan secara bijak, melalui akun media sosialnya, Presiden Macron malah mendukung tindakan Paty.
"Kami tidak akan menyerah, tidak akan pernah. Kami menghormati semua perbedaan dalam satu semangat perdamaian. Tetapi, kami tidak terima penyebarluasan ajaran kebencian dan mempertahankan alasan yang dinilai masih bisa diperdebatkan," demikian cuit Macron pada 26 Oktober 2020 lalu.
Paty dibunuh di dekat sekolah tempat ia mengajar oleh Anzorov. Tetapi, pemuda itu tewas ditembak polisi Prancis. Ini merupakan kesekian kalinya terjadi aksi teror di Prancis.
Pada 2015, Prancis juga menjadi sasaran teror oleh sekelompok orang yang diduga berafiliasi dengan kelompok Al-Qaeda. Mereka melepaskan tembakan secara membabi buta kepada para pekerja di kantor redaksi majalah satir, Charlie Hebdo. Penyebabnya sama, Charlie Hebdo memuat kartun Nabi Muhammad di halaman depan.
Editor’s picks
Baca Juga: NU Minta Umat Islam Tak Terprovokasi Presiden Prancis Emmanuel Macron