TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Presiden Trump: WHO adalah Badan Boneka Tiongkok

Trump kembali ancam akan potong pendanaan ke WHO

(Bendera berkibar di kantor pusat WHO di Jenewa) www.who.int

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat, Donald J. Trump kembali mengungkapkan kemarahannya terhadap Badan Kesehatan Dunia (WHO). Menurut Trump, WHO adalah badan boneka Tiongkok. 

Pernyataan itu dilontarkan oleh mogul properti itu sebelum digelar pertemuan tahunan para Menteri Kesehatan untuk membahas evaluasi WHO menangani pandemik COVID-19

"Mereka adalah boneka Tiongkok. Lebih sopannya lagi, mereka (WHO) adalah badan yang Tiongkok sentris," ungkap Trump di Gedung Putih seperti dikutip dari stasiun berita Channel News Asia pada Senin (18/5). 

Ia melanjutkan, WHO tidak sepatutnya diberikan pendanaan yang besar oleh Negeri Paman Sam. AS per tahunnya menggelontorkan dana senilai US$450 juta atau setara Rp6,6 triliun untuk diberikan sebagai kontribusi ke organisasi PBB yang bermarkas di Jenewa, Swiss itu. 

"Tetapi, mereka justru memberikan kita banyak saran yang buruk," kata dia lagi. 

Bahkan, ia mengaku semakin mantap untuk memotong anggaran bagi WHO. Padahal, mereka membutuhkan pendanaan setidaknya sekitar US$1,6 miliar atau setara Rp23 ribu triliun untuk melawan pandemik COVID-19 hingga Desember 2020. Keputusan itu, kata Trump, akan final dalam 30 hari mendatang. 

Pernyataan itu disampaikan oleh Trump di saat Negeri Paman Sam menjadi episentrum dunia pandemik COVID-19. Berdasarkan data dari situs World O Meter per (19/5), angka kematian di AS sudah menembus angka 91 ribu. Sementara, kasus positif COVID-19 telah tembus 1,5 juta. 

Sementara, di dalam pertemuan tahunan yang dibuka pada Senin kemarin secara virtual, AS diwakili oleh Menteri Kesehatan Alex Azar. Tetapi, tak berbeda jauh dengan bosnya, Azar turut mengkritik keras bahwa WHO sudah gagal menjalankan tugasnya. 

"Ada kegagalan oleh organisasi ini untuk menyampaikan informasi kepada dunia seperti yang dibutuhkan," ujar Azar seperti dikutip stasiun berita BBC

Lalu, sudah kah diambil keputusan soal resolusi yang akan diumumkan nanti malam?

Baca Juga: Ratusan Menkes Dunia akan Serukan Evaluasi Cara WHO Hadapi COVID-19

1. Trump tuding WHO lebih memihak ke Tiongkok dalam menangani pandemik COVID-19

Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara sebelum menandatangani pernyataan untuk menghormati Hari Perawat Nasional di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat, Rabu (6/5/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Tom Brenner)

Dalam pernyataannya di Gedung Putih, Trump menuding sejak awal wabah virus corona menyebar, WHO terkesan lebih memihak ke Tiongkok. Salah satu sikap yang ditunjukkan oleh WHO sehingga menimbulkan persepsi itu yakni Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memuji sikap Negeri Tirai Bambu yang dinilai sudah transparan dalam menghadapi pandemik COVID-19. 

"WHO telah banyak memberikan saran yang begitu buruk kepada kami. Mereka juga keliru dan selalu memihak Tiongkok," kata Trump. 

Tetapi, menurut cek fakta yang dilakukan oleh stasiun berita BBC, AS bukan satu-satunya penyumbang tertinggi ke WHO. Ada pula Yayasan Bill Gates dan Melinda yang menyumbang besar ke WHO. Begitu pula Inggris dan Jerman, mereka juga menjadi penyumbang terbesar bagi WHO. 

BBC juga memberikan konteks kendati WHO merupakan badan yang ada di bawah PBB, tetapi mereka tidak memiliki kewenangan untuk memaksa negara anggota untuk menyerahkan data terkait COVID-19. Tiongkok pada 31 Desember 2019 lalu sudah melaporkan ke WHO ada penyakit pneumonia yang tidak diketahui. Bahkan, WHO sudah mengunggah informasi itu di akun media sosialnya pada (4/1) lalu. Penyakit pnemonia yang belum diketahui itu ditemukan di Kota Wuhan, Tiongkok. 

Terkait kewenangan WHO, Presiden Korea Selatan, Moon Jae-In mendorong agar badan yang bermarkas di Jenewa itu diberi kewenangan untuk bisa memaksa negara anggota melaporkan adanya data dan wabah. 

"Infeksi virus novel dapat terjadi di mana pun dan kita harus dapat mengatasi secara cepat dan efektif," ungkap Presiden Moon. 

Sedangkan, Australia mendorong agar WHO diberikan kewenangan bisa melakukan investigasi. 

2. Trump kirim surat ke dirjen WHO agar menjadi mandiri dan tidak tergantung ke Tiongkok

Warga memakai masker pelindung mengendarai sepeda di Wuhan, Pprovinsi Hubei, Tiongkok, pada 14 Mei 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song

Sementara, Presiden Trump mengunggah ke media sosial surat yang ia tulis untuk Dirjen WHO, Tedros. Dalam cuitannya, Trump mengatakan surat merupakan penjelasan atas sikap AS selama ini terhadap WHO. Di dalam empat lembar surat itu, Trump kemudian menjelaskan mengapa WHO dianggap sebagai badan yang sudah gagal mengatasi pandemik COVID-19. 

"WHO secara konsisten mengabaikan laporan yang kredibel mengenai penyebaran virus corona di Wuhan pada awal Desember 2019, termasuk laporan dari jurnal medis Lancet. WHO juga gagal melakukan investigasi mandiri terhadap laporan yang bertentangan yang dilaporkan oleh pejabat berwenang Tiongkok, padahal sumbernya langsung dari Wuhan," demikian tulis Trump dalam surat itu. 

Bahkan, Trump juga menyerang WHO secara langsung dengan menyalahkan mereka karena sejak awal sudah mendengar adanya informasi penularan virus corona antar manusia dari Pemerintah Taiwan. Tetapi, WHO justru memilih untuk tidak membagikan informasi tersebut ke dunia. 

"Diduga hal itu mereka lakukan karena alasan politik," tulis Trump lagi. 

Ia juga membandingkan kepemimpinan Dirjen WHO periode sebelumnya lebih baik dibandingkan cara Tedros memimpin badan PBB tersebut. Ketika posisi Dirjen diduduki oleh Harlem Brundtland, ia tidak segan-segan mengkritik Tiongkok karena telah membahayakan kesehatan global dengan mencoba menutup-nutupi wabah SARS tahun 2003 lalu. 

"Satu-satunya cara agar badan ini bisa maju ke depan yakni harus bersikap independen terhadap Tiongkok. Pemerintahan saya telah berdiskusi dengan Anda bagaimana melakukan reformasi terhadap organisasi ini," kata dia. 

Baca Juga: Xi Jinping Akhirnya Buka Suara Tentang Usulan Investigasi Virus Corona

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya