TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Amerika Serikat Jatuhkan Sanksi Ekonomi ke Rusia

Aset dan akses keuangan Rusia dibekukan

Menlu AS Anthony J. Blinken saat diwawancarai oleh IDN Times pada Selasa (14/12/2021). (IDN Times/Uni Lubis)

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat resmi menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Rusia, menyusul keputusan Presiden Vladimir Putin melakukan invasi ke wilayah Ukraina sejak Kamis (24/2/2022). Dua bank Rusia, Vnesheconombank (VEB) dan Promsvyazbank (PSB), dilarang bertransaksi di AS.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyatakan pihaknya sudah memutus koneksi dua bank tersebut dari sistem SWIFT. Blinken juga menuturkan akan membekukan aset-aset Rusia yang ada di negaranya.

"Menyusul deklarasi Putin untuk menyerbu Ukraina, kami bergabung dengan sejumlah pemimpin Uni Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Britania Raya, dan Kanada, untuk memastikan akses bank Rusia diputus dari sistem SWIFT," begitu cuitan Blinken lewat akun twitternya @SecBlinken.

Baca Juga: Rusia Serang Ukraina, Apa Dampaknya buat Ekonomi Indonesia?

1. Bisa berdampak buruk buat Rusia

Pemutusan sistem perbankan Rusia dari sejumlah negara-negara besar tentunya bisa berdampak buruk. Sebab, ini menjadi mereka terasing dari sistem keuangan global yang bisa mendukung pengumpulan dana untuk militernya.

Bukan tak mungkin, Rusia mengalami kesulitan buat mendanai militernya saat menyerbu Ukraina. Itu juga bisa menjadi awal dari kekalahan Rusia saat memutuskan berperang melawan Ukraina.

Baca Juga: Warga Ukraina di Kiev Ikut Usir Pasukan Rusia

2. Aset Putin dan kawan-kawan dibekukan

Presiden Rusia Vladimir Putin terlihat saat liburannya di Siberia, Rusia, pada 6 Oktober 2019. ANTARA FOTO/Sputnik/Alexei Druzhinin/Kremlin via REUTERS

Sementara itu, di Eropa, sejumlah negara juga sudah membekukan aset-aset penting milik figur berpengaruh Rusia. Uni Eropa memastikan aset dari Putin dan Menlu Rusia, Sergei Lavrov, dibekukan.

Kemudian, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, menyatakan sanksi buat Putin dan Lavrov segera dijatuhkan. Bahkan, Parlemen Inggris juga berencana buat melarang Roman Abramovich, taipan minyak Rusia, berbisnis di wilayahnya.

Ini bisa menjadi keputusan strategis pula, karena Abramovich dikenal sebagai orang dekat Putin dan bisa saja memberikan aliran dana demi perang ke Ukraina.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya